July 14, 2014

Pendidikan dan Pola Pikir Anak


Omar memang Insya Allah baru menuju 1 tahun, tapi rasanya saya dan pasangan harus mulai memikirkan visi,misi,dan tujuan apa yang ingin kami berikan untuk Omar sebagai bekal masa depannya, bukan sekedar mencari sekolah dengan fasilitas lengkap dan tenaga pengajar professional, tetapi kami juga harus mulai memilah hal-hal apa yang kami inginkan untuk masuk atau mungkin kami batasi ke dalam awal kehidupan pendidikan anak kami.
Saya setuju kalau moral dan budi pekerti serta empati akan menjadi salah satu target kami untuk ditanamkan ke Omar, menurut saya pribadi semakin kesini rasa-rasanya jiwa empati masyarakat semakin berkurang hampir minus malah, gak usah disebutin lah ya berapa banyak anak-anak yang mulai kehilangan respect terhadap yang lebih tua, dan gak usah disebutin juga sudah berapa banyak kasus yang ter-blow up melalui social media sehubungan dengan minusnya jiwa-jiwa empati ini.
Tetapi satu yang paling saya harapkan ketika saya memiliki seorang anak, dia akan jauh jauh lebih baik dari kami orangtuanya dari segi Agama. Ya, kami ingin anak kami menjadi lebih rajin sholatnya dibanding kami orangtuanya, lebih baik budi pekertinya dibanding kami, lebih banyak sedekahnya dibanding kami, lebih banyak khatamnya dibanding kami (syukur-syukur kalau bisa menjadi hafidz Qur’an), tetapi miris juga rasanya jika seseorang yang kuat agamanya disebut sebagai “fanatic” atau bahkan Islam Garis Keras.
Banyak sekolah-sekolah sekarang yang berbasis Islam, saya sendiri sih belum sempat meneliti/mengamati masing-masing dari sekolah-sekolah tersebut kekurangan dan kelebihannya apa. Saya percaya tidak ada satu bentuk pendidikan sempurna, tugas kita lah sebagai orangtua untuk menyeimbangkan dan memberi pandangan-pandangan baru.
Saya tumbuh dalam lingkungan pendidikan umum, teman-teman saya datang dari berbagai jenis agama, sebut saja nasrani, hindu, budha, katholik dan dari segala etnis termasuk China. Sekolah saya bukan jenis sekolah yang mengedepankan agama, jadi sehabis sekolah saya masih harus mengikuti TPI (Taman Pendidikan Iqra) lagi selepas sholat ashar, capek memang tapi Alhamdulillahnya orangtua saya bukan jenis orangtua yang gila les, saya tidak wajib mengikuti les apapun, satu-satunya kegiatan yang saya ikuti diluar sekolah hanya mengaji dan berenang, itupun saya ikuti tanpa paksaan. (Dan Insya Allah saya juga tidak akan mem-push Omar untuk mengikuti les apapun, sepanjang bukan dia sendiri yang meminta). Saya belajar Islam itu seperti apa, selain dari TPI juga dari penjelasan orangtua saya, satu yang saya masih ingat sampai sekarang adalah terkait jodoh! Hahhahaa.. kalau ini doktrin ibu saya memang kuat banget, “jangan sekali-sekali kamu berhubungan dekat dengan cowok yang bukan islam ya kak! “ dari situ saya benar-benar membatasi lingkup pergaulan saya terhadap teman cowok yang non-muslim, bahkan saya selalu berfikir “duh, ganteng deh.. sayang bukan islam” apakah saya terdengar fanatic?
Barusan saya membaca salah satu artikel di m.kompasiana.com dengan judul “Beginilah Anak-anak Israel Dididik; Penjelasan untuk Kebiadaban Serdadu Zionis” , Palestina dan Israel, kisah yang bahkan telah tertulis di dalam Al-Qur’an. Inti dari artikel tersebut bagaimana pemerintah Israel berusaha mendoktrin mati-matian anak-anak mereka untuk membenci anak-anak Palestina, miris bacanya, ketika seorang anak Israel berusia 8 tahun berkata “Kepada Muhammad yang berbisa.. saya mengharap kamu mati…” mengaca ke doktrin tersebut, setiap saya membaca berita di koran terkait pem-bully-an, atau seorang anak SD menyiksa temannya hingga meninggal, ngebuat saya jadi mikir, siapa sih sebenarnya yang ngedoktrin anak-anak itu sampai bisa sesadis itu? TV kah? Atau memang lingkungan pendidikan kita yang mulai gak peduli terhadap pola pikir anak? Hanya focus terhadap kurikulum dan nilai bagus saja?
Sejauh ini saya dan pasangan masih memilah-milah criteria pendidikan yang kami cari untuk Omar, rasa-rasanya kalau bisa bikin kurikulum sendiri, saya saja deh yang bikin.. hehehhe..
Entah akan seperti apa pendidikan untuk Omar nanti,semoga kami mendapat system yang terbaik untuk dia, tapi saya percaya dengan salah satu Quote legendaris dari salah seorang penghuni surga,

Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena mereka kelak akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu” – Umar bin Khattab

2 comments:

  1. kalau anakku sejak PG aku masukkan sekolah IT (Islam Terpadu) mak, harapannya supaya ga hanya iptek yang kuat tapi juga imtaq. alhamdhulilah so far sangat memuaskan. salam sayang utk Omar :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal mbak.. waktu itu apa saja yang jadi pertimbangan sampai akhirnya anak sekolah disana mbak? saya masih mencari-cari nih.. thanks sudah mau mampir ya mbak.. *nanti disampaikan salamnya untuk omar :)

      Delete