November 10, 2012

Why Am I Happy Being a Woman?

Just like any other girl, 

I am guilty of being vain. 

I love to shop. 

I love fashion. 

I love make-ups though I don’t wear one on daily basis. 


But most importantly, I love to feel good and

I think it’s different from wanting to look good.

Feeling good about yourself comes from

internal happiness and it’s the faith that light

up your heart that carries you through to

illuminate in today’s everyday getting-darker-

world.


I guess everybody would agree with me that it

adds bliss to a woman’s life to open her

wardrobe and finds plain and prints folded and

hung from end to end of her closet. 


It feels great to satiate your eyes looking at all the

bubbly hues in different cuts and styles.


It’s cool to sport clothes that suits your palate.

You feel tall to walk with a stylish yet comfy

footwear. 

It feels great to really feel good

about yourself.



buat saya Cantik dan rapi itu tidak hanya diluar
rumah.. sangat menyenangkan bereksperimen
di dalam rumah dengan hijab maupun tanpa
hijab..

karena kadang, saya pun masih merindukan my
mini skirt jeans.. XD

the rules is: Do Not Be Boring!!

July 9, 2012

Tjandra Kurniawan: Orang-orang yang Didoakan Malaikat


 Assalamualaikum, beberapa waktu lalu di sebuah blog, sempat melihat satu artikel menarik tentang:

Orang-orang yang Didoakan Malaikat

#1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. "Barang siapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Alloh, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.'" (hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targhib wat Tarhib I/37)

#2. Orang yang duduk menunggu sholat.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Huroiroh rodliyallaahu 'anhu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu sholat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Alloh, ampunilah ia. Ya Alloh sayangilah ia.'" (Shohih Muslim no. 469)

#3. Orang-orang yg berada di shof bagian depan di dalam sholat.
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barro' bin 'Azib rodliyalloohu 'anhu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat kepada (orang-orang) yang berada pada shof-shof terdepan." (hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Sunan Abi Dawud I/130)

#4. Orang-orang yang melakukan sholat subuh dan 'ashr secara berjama'ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Huroiroh rodliyalloohu 'anhu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat sholat subuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu sholat 'ashr dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga sholat 'ashr) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Alloh bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan sholat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan sholat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

#5. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' rodliyalloohu 'anhu, bahwasannya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.'" (Shohih Muslim no. 2733)

#6. Orang-orang yang berinfak.
Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Huroiroh rodliyalloohu 'anhu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Alloh, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.' Dan lainnya berkata, 'Ya Alloh, hancurkanlah harta orang yang pelit.'" (Shohih Bukhori no. 1442 dan Shohih Muslim no. 1010)

#7. Orang yang makan sahur.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thobroni, meriwayatkan dari Abdullah bin Umar rodliyalloohu 'anhu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat kepada orang-orang yang makan sahur." (hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

#8. Orang yang menjenguk orang sakit.
Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Tholib rodliyalloohu 'anhu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Alloh akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bersholawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh." (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shohih")

#9. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily rodliyalloohu 'anhu, bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bersholawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain." (dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shohih At Tirmidzi II/343)

July 8, 2012

Mertua vs Menantu





Hayo siapa yang sudah jadi menantu dan punya mertua? Atau jangan-jangan ada yang sudah jadi mertua lagi.
Gak bisa dipungkiri sih, kadang beda paham dengan pemangku jabatan yang satu ini sering banget di temui, atau mungkin kita sendiri yang rasakan? *hmmp.. Alhamdulillah saya sih sejauh ini menikah (emang udah berapa jauh put? Baru mau setaun kan? :p) tidak merasakan atau memiliki pengalaman berdebat atau berbeda pendapat atau “mertua mendominasi” kehidupan pernikahan kami, *semoga seterusnya seperti itu Ya Allah* dan gak cuma antara menantu perempuan dan mertua perempuan saja yang berdebat, terkadang hal-hal kayak gini juga bisa loh antara Ayah mertua dan si menantu laki-laki, pusing? Wah, saya sendiri juga kurang paham tuh, tapi denger-denger cerita dari beberapa orang temen sih, saya nangkepnya kok malah menyedihkan dan jadi gak nyaman ya.

Saya punya tetangga yang usianya hanya terpaut 2 tahun dari usia saya, sekitar 27-28an, Alhamdulillah dia sudah dikaruniai seorang bayi laki-laki, si tetangga saya ini sebut saja Mbak N, adalah 100% Ibu Rumah Tangga. Beliau adalah lulusan cumlaude salah satu Universitas Negeri terkenal di daerah Jogyakarta, anak ketiga dari 4 bersaudara, asli Solo. Tapi jangan salah, kelakuannya jauuuhhhhh banget dari tipikal Putri Solo.  Heheehhee..  mbak N ini jago banget kreasi jilbab, bahkan ketika saya menikah saya gak pakai salon, saya minta tolong mbak N untuk mengkreasikan jilbab saya, for free!! Hasilnya? Alhamdulillah Ya Allah saya suka banget, simple, gak macem-macem dan 20 menit jadi! *oke, mulai melenceng.. kembali ke topic*

Sebelum menikah Mbak N ini pernah bekerja sebagai humas di salah satu perusahaan di kota Jogyakarta, ketika dia memutuskan untuk menikah dengan pacar masa kuliahnya, mau tidak mau dia harus resign, karena ternyata sang suami memutuskan mereka berdua untuk tinggal sementara di Sumatera, tempat orangtua sang suami, hingga suaminya mendapatkan pekerjaan tetap. Mengapa tinggal di Sumatera? Nah, jadi begini, ternyata mertua mbak N sebenarnya asli orang Jawa, Jawa Tengah tepatnya. Tapi mereka memutuskan untuk bertransmigrasi ke daerah sumatera di awal tahun 80-an untuk menjadi petani kelapa sawit hingga sekarang mereka sukses menjadi Juragan Kelapa Sawit.

Selama setahun tinggal di Sumatera, mbak N stress! Dia gak tau harus ngapain, karena ya gitu pembantunya banyak banget! Koperasi sudah diurus sama ibu mertua, mau ke kebun dilarang, alhasil Cuma nganggur saja dirumah. Bahkan dia pernah cerita kalau si ibu mertua ini menawarkan untuk membelikan mereka ruko agar mereka berdua buka usaha saja di Sumatera. Mau? Jelas nggak! Akhirnya setelah hampir setahun Alhamdulillah sang suami mendapat panggilan kerja di daerah Bekasi, hijrah lah mereka berdua ke Jakarta. Mbak N cerita kalo dia senengnya bukan main! Walaupun tinggal di rumah kontrakan tapi rasanya free gitu, bisa nyapu, ngepel, nyuci sendiri, gak lama mereka tinggal di Bekasi, mbak N hamil. 

Dan sepertinya kalau saya bisa bilang inilah awal dari kegiatan si Ibu Mertua yang mulai berusaha mendominasi kehidupan si menantu. Bayi laki-laki Mbak N sebut saja Al, adalah cucu pertama nenek Sumatera, sudah cucu pertama, laki-laki pula. Bisa bayangkan betapa bahagia nya? Sementara bagi eyang Solo, Al  ini adalah cucu kesekian jadi bisa dibilang mereka sudah santai lah. Saya sebagai tetangga mbak N menyaksikan sendiri bagaimana tingkah polah nenek Sumatera ini, oh ya kenapa mbak N ini sangat akrab dengan keluarga saya? Jadi gini dari awal dia datang, hamil, hingga melahirkan,  Eyang Solo ibu dari mbak N dan mama saya mulai menjalin pertemanan dan si eyang ini meminta tolong mama saya untuk ikut “menjaga” mbak N. keberatan? Jelas nggak, mama saya itu suka banget kalau dapet temen baru, selain memang rumah kami bukan di daerah komplek jadi agak susah untuk mendapatkan teman ngobrol.

Ketika al berusia 2 bulan, nenek Sumatera datang menjenguk. Jauh-jauh dari sumatera bawa mobil, biar bisa bawa cucu jalan-jalan katanya. Ketika weekend mbak N dan keluarga besar mengajak mama saya ke salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, mau liat mall katanya. Sekembalinya mereka dari Mall mobil penuh! Bayangin si nenek membelikan baju Al sampai 2 koper! Stroller, dan segala macam perlengkapan bayi, gelang emas, semua dibelikan oleh nenek Sumatera. Sampai-sampai mbak N waktu dirumah saya cerita, kalau sebenernya dia gak keberatan Al dibelikan banyak barang kayak gitu, tapi dia merasa dia juga punya hak untuk membelikan baju untuk anaknya sendiri. Setiap hari nenek Sumatera ini telepon hanya untuk mendengarkan suara Al, baru mau ditutup kalau Al sudah mengeluarkan suara.

Akhir Bulan Mei kemarin mbak N dapat panggilan untuk main ke Sumatera, percaya gak percaya dia stress!! Semua orang dimarahin, sampai ibunya sendiri yang datang dari Solo kena imbasnya, dia Cuma takut kalau dia sudah di Sumatera dia gak akan dapet ijin lagi balik ke Bekasi. Terus suaminya gimana? Ternyata, sang suami sepertinya enjoy-enjoy saja apabila mbak N dan Al tinggal di Sumatera, lebih terjamin hidupnya menurut sang suami. Beberapa jam sebelum berangkat ke Sumatera dia sempet main ke rumah bareng ibunya, curhat ke mama saya, mengatur konspirasi jaga-jaga kalau ternyata dia susah balik lagi ke Bekasi *serem banget gak sih?* 

Sampai saya nulis tentang cerita ini di blog, mbak N masih berada di Sumatera. Sudah satu bulan, setiap hari dia sms an dengan mama saya, isinya biasa seputar kebosanan dia di Sumatera dan Al yang mulai makan apa saja, tapi ada beberapa sms yang menbuat hati mama saya sedih. Beberapa malam yang lalu mbak N sms, dia minta tolong mama untuk tanya ke Suaminya sendiri, kapan kira-kira dia bisa pulang ke bekasi? Dia gak berani tanya langsung karena sungkan. Jelas mama saya gak bisa bantu, karena itu masalah internal keluarga mereka. Dan ada satu sms lagi, kalau ini bikin saya kesel setengah mati sama mertuanya! 

Jadi si Al itu dari mulai lahir memang tidak bisa tidur lama, tidak seperti bayi pada umumnya, dia sebentar tidur-sebentar bangun, mama saya sudah menyarankan untuk di cek saja ke dokter spesialis anak, mungkin ada beberapa asupan di ASI yang membuat dia terlampau aktif sehingga tidak bisa tidur lama, tapi mbak N terlanjur percaya bidan sehingga tidak mau membawa sang anak ke dokter. Nah pola tidur seperti itu rupanya dilihat oleh nenek Sumatera, dan dia TIDAK SUKA. Mulai lah si mbak N ini diinterogasi seputar pola menyusu Al, dan rupanya selama di Sumatera Al mulai jarang menyusu ASI, mungkin karena Al pun sudah mulai mPASI ya, jadi sudah mulai kenyang dengan sedikit ASI, dan puncaknya adalah sang akung memutuskan untuk memberi AL SUFOR alias Susu Formula! Karena mereka melihat si Al mulai jarang menyusu ASI, padahal menurut mbak N Asi nya sendiri masih keluar deras. Dia gak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah al diberi Sufor, mertuanya ngotot gak mau liat cucunya kurus karena kekurangan Asi dan mereka juga gak mau ngeliat Al kesusahan makanan seperti bapaknya dulu (waktu awal-awal si akung masih petani kelapa sawit ).

Saya pribadi ngedenger cerita itu marah, marah dari sisi ibunya yang gak punya daya untuk “melindungi” anaknya, dan marah ngeliat tingkah laku mertuanya yang menurut saya terlalu “mendominasi”, dan marah juga terhadap suaminya yang menurut saya “tidak peka” dengan perasaan istrinya, sampai istrinya sendiri takut bertanya ke dia. Menurut pendapat saya mertua itu adalah orangtua kedua bagi kita, tugas mereka sama yaitu mendidik, membimbing, mengawasi, mengingatkan tetapi bukan MENDOMINASI kehidupan pribadi kita. Makanya saya suka heran dengan mertua-mertua yang ngotot mau membawa cucunya tinggal dengan mereka di kampung, atau terus mengkritik cara sang ibu dalam mendidik cucu-cucunya. 

Pertanyaan saya untuk mertua-mertua seperti itu, “Apakah mereka lupa ketika mereka sebagai menantu bagaimana rasanya?” Atau mungkin ternyata para mertua itu diperlakukan seperti itu juga oleh mertuanya yang terdahulu, diintervensi rumah tangga nya sehingga sekarang mereka melakukan hal yang sama? Entahlah. Saya hanya bisa bersyukur karena sejauh ini diberikan mertua dan orangtua kandung yang santai dan membiarkan kami menjalankan kehidupan rumah tangga sesuai keinginan kami, semoga untuk selamanya. Aamiin.


July 2, 2012

BUKU


First, I’m a visual person, dimanapun saya berada setiap kali ngeliat deretan warna, sampul, bungkus, kotak, apapun! ketika tampilan luarnya menarik kadang saya akan membelinya tanpa peduli isi. Atau boleh dibilang, saya salah satu konsumen yang impulsive, membeli hanya karena warna atau bentuk, bukan karena kebutuhan.. yes! I know that’s bad.. so forgiving my eyes, please.
Sudah lama banget saya tidak ke toko buku, gramedia, maruzen, QB World Book, Aksara, semua toko buku itu deh. Saya paling suka setiap kali ke toko buku, saya bisa memperhatikan display bukunya, entah gimana yang ngerancang dan ngatur display itu bisa membuat tata warna yang kreatif dan ngebuat saya pengen punya semua buku yang dipajang disana.
Satu hal kenapa saya suka novel, cerita fiksi, dan koloninya.

Mereka punya sampul buku yang menarik!

Salah satu buku favorite saya (selain karena isinya) adalah Letter of Wednesday, sampul bukunyaberbentuk amplop warna merah, cocok banget sama isinya yang memiliki format kayak surat. Cantik.. cantik banget! Rasanya kalau saya punya seratus surat cinta, pengen dibentuk buku kayak gitu dan sampul depannya amplop.. (sayangnya surat cinta saya gak nyampe 100).


Ada juga buku tentang pelatih anjing (chicklit), dan sampul depannya Cuma berupa kaki-kaki anjing dan tali rantai disekeliling buku itu, walaupun sekarang banyak bermunculan buku dengan format digital, dan memang lebih praktis. Tapi untuk orang dengan sifat yang sedikit konvensional seperti saya, saya lebih menikmati membaca buku asli, bisa merasakan tekstur kertas, membalik kertas itu pelan-pelan, ngerasain aroma bukunya dan yang paling penting adalah Covernya yang cantik! Rasanya menyenangkan.

Mungkin beberapa orang menganggap saya shallow, iya saya akui alasan saya membeli buku itu memang terdengar sangat dangkal banget kalau Cuma karena cover bukunya.. tapi Alhamdulillah sih, sepertinya selera pilihan buku saya juga termasuk menarik dari segi cerita, makanya suka kesel kalau dipinjem sampai muter kemana-mana, bukan kenapa-kenapa, kadang yang pinjem itu gak tahu gimana cara memperlakukan sebuah buku. Jadinya sedih kalau pas di sudut-sudut bukunya keriting, atau bagian ujung kertasnya jadi tumpul, ada 1 seri buku yang gak pernah saya pinjemin ke siapapun, HARRY POTTER. Saya punya semua versi soft covernya. Saya sendiri yang sampul pakai hard cover plastic, jadi tetap kaku dan gak lecek. Buku lain yang saya simpen dengan hati-hati banget adalah seri Lord of The Ring.. saya pernah liat di salah satu web luar, katanya peta middle earth itu ada yang versi kulit. (pengennnn… tapi kayaknya mahal banget pasti).

Terus saya juga suka buku dengan tema Negara, waktu itu pernah liat tentang India.. sampul depannya Kuil Emas Amritsar, warnanya emas semua.. eye catching dan super luxury! Tapi gak berani liat harganya.. T____T
Sampai sekarang saya belum pernah punya coffee book atau intermodulation book..  abis harganya mahal banget!
I love books.. kebalikan dengan mas fahmi dia gak gitu suka buku kecuali buku yang berhubungan dengan Agama atau ilmu pengetahuan yang dia suka. Well,, we are Yin and Yang for sure.. :p
---adios’

June 30, 2012

Hebatnya Masakan Ibu-Ibu Muda dan ketakutan saya terhadap api, kompor, dan minyak yang muncrat-muncrat.


Assalamualaikum.

Saat ini status saya adalah seorang istri, Usia 25 tahun, belum punya anak, bekerja sebagai karyawan swasta. 

Lingkungan pergaulan saya itu minoritas telah menikah dan mayoritas belum menikah, rata-rata yang telah menikah adalah teman-teman kuliah saya dan teman kantor. Dan berhubung kita jarang ada yang  tinggal di satu kota yang sama, otomatis jarang ketemu juga. Biasa ngobrol lewat SNS (Social Networking Service alias Jejaring Social), begitupun dengan teman kantor, lebih sering ketemu di kantor daripada diluar kantor. 

Nah hampir setiap hari status atau upload-an foto teman-teman saya yang telah menikah itu gak jauh-jauh dari kehidupan pernikahan termasuk hasil masakan ciptaan mereka, hehehhe saya juga gitu sih, biasa twitpic via twitter atau mobile upload di FB, biasalah pengen nunjukin hasil karya juga.
Tapi kadang ketika melakukan kegiatan unjuk hasil karya kayak gitu,ngebuat saya suka minder sendiri. Kenapa?
Pernah suatu minggu, saya habis bikin rissoles, gak bikin kulit sendiri, beli kulit jadi di pasar, isinya pun Cuma sayur-sayur an, telur, dan udang cincang. Nothing special.. tapi buat saya Wah gitu karena bentuknya bagus dan rasanya pun lumayan enak. *kata orang rumah sih gitu* gak lama saya upload foto rissoles saya itu, tiba-tiba ada temen lain yang update status: “lunch dengan kepiting asam manis, tempe mendoan dan sawi asin”. Iseng saya tanya, 

P: itu sawi asin beli jadi yang di supermarket ya? Halal gak sih? Pengen nyoba juga..
T: iih..enak aja, gak level ya gw makan makanan olahan supermarket gitu. Bikin sendiri lah, bumbunya jelas, lebih steril juga.
P: gila hebat bangeet loh, bukannya bikin sawi asin itu lama ya? Kan pake difermentasiin juga gk sih?
T: iya sih emang lama, tapi gimana lagi, suami suka tuh.
P: itu lo juga bikin kepiting sendiri? Ke pasar jam berapa, bisa dapet kepiting gede-gede gitu?
T: ya abis subuh lah put, jadi istri itu harus bangun paling pagi, buat siapin macem-macem.

“dheg” mulai lah saya merasa gak “berdedikasi”, biasa weekend saya leha-leha dulu di kasur sampe jam 7-an lah, habis itu baru deh keliling. Terus, di hari yang lain, denger temen cerita dia sukses bikin Ikan Mujaer Terbang. Tau kan? Yang kayak di resto” sunda gitu loh, dan kembali saya Tanya, “elo gak takut ya minyaknya muncrat-mucrat?” eh saya diketawain, katanya “masak jadi istri takut sama minyak panas?” dongkol gak?! Liat mama goreng lele aja udah kayak orang mau tempur sama penggorengan, padahal mama yang udah nerima pesenan catering berkali-kali, bertahun-tahun di dapur juga masih suka takut kok sama minyak yang muncrat-muncrat, masa saya yang baru setahun kurang gak boleh takut sih?? 

Semakin kesini, keahlian temen-temen saya semakin bertambah, mulai dari bikin rawon, soto ayam, empal gentong, opor, trus apa tuh namanya jajanan khas solo yang pake roti sama daging kelapa muda dikukus pake daun pisang, kemaren temen bikin itu katanya suaminya kangen “jajanan masa kuliah di Solo dulu” dikasihin ke temen-temennya juga buat nyobain.

Dan yang bikin saya takjub adalah pas tahu salah satu temen saya bisa bikin rendang dan nasi kuning, OH MY GOD!! I guess she’s prepared to do open house when Ied Come!! Dia bilang dia nyiapin semua bumbu-bumbu nya sendiri, blender sendiri, dan dagingnya itu direbus tanpa pake presto biar bumbunya lebih meresap.. *makin takjub saya, karena kan pasti lama banggeetttt* dan mereka ngelakuin semua itu rata-rata karena: Suami Minta/Suami Suka.

Terus sejauh ini masakan yang udah berhasil lo masak apa aja put?

Oke, biar saya certain dulu hal yang kadang ngebuat saya parno terhadap kompor, minyak panas, api, dkk nya. Saya baru bisa menyalakan korek api itu SMA, *iya korek api yang bungkus kotak kecil itu loh* kenapa? Karena mama saya beli kompor minyak tanah untuk menghemat gas yang pada saat itu mulai dikonversikan oleh pemerintah supaya beralih ke gas melon. Alhasil saya yang selama ini apa-apa pake kompor gas, HARUS belajar nyalain sumbu kompor pake korek api. *amazing! Saya nangis karena takut sama apinya, wong nyalain kompor gas aja masih suka takut kok*

Ada lagi hal lain yang sebenarnya sudah lama ngebuat saya paranoid terhadap gas, api, dan kompor, waktu saya SMP, di suatu pagi mama saya terima telepon dari nenek saya, ternyata salah satu om saya, beserta istri dan anaknya masuk RS Pertamina karena kompor gas di rumahnya meledak. Bayangan saya sebelum ngejenguk waktu itu Cuma luka bakar biasa, semacam kena cipratan api lah. 

Pas kita sampai di RS, kita semua langsung ke ruang rawat anak karena di situ tempat semua keluarga ngumpul, ternyata sepupu saya yang waktu itu masih umur 3 tahun mendapat perawatan luka bakar yang lumayan serius, beberapa helai rambutnya terbakar, tangan dan kakinya juga *sampai sekarang dia belum mau operasi untuk ngilangin bekas luka bakarnya itu*, kita semua keluarga mulai bertanya-tanya, seberapa parah kecelakaan kompor meledak ini?
Di ruang anak itu kakek-nenek saya belum boleh melihat anaknya yaitu Om saya, yang bisa lihat cuma om saya yang lain, dokter bilang siapin mental dulu kalau ingin lihat. Akhirnya habis subuh kita semua mutusin *termasuk saya* oke, kita siap untuk lihat kondisinya.

Ternyata kita gak bisa lihat langsung karena mereka berdua (om dan tante saya) dirawat di dalam ruang steril, kita cuma bisa melihat melalui kaca yang menjadi pembatas, sampai sekarang saya masih inget momen ketika suster narik gordyn kaca nya dan kita semua bisa melihat kondisi om saya, kalau gak salah Luka Bakar 75%, semua kulitnya melepuh, hidung, bibir, mata, telinga, kuku, semua-semua rusak begitu juga dengan tante saya. 

Mama dan beberapa budhe saya yang diijinin masuk bahkan bilang, walaupun mereka pakai masker lengkap, mereka masih bisa mencium bau gas *karena ternyata gas itu juga sudah merusak organ dalamnya* singkat cerita om dan tante saya itu meninggal, dan setelah diselediki penyebabnya, ternyata ketika om saya mau masak air untuk merebus susu sekitar jam 3 pagi, dia gak sadar kalau gas itu bocor dan baunya sudah memenuhi seisi rumah, otomatis ketika kompor dinyalakan terjadilah kecelakaan itu. Dia adalah salah satu om favorite saya. Sejak kejadian itu, saya kadang takut nyalain kompor gas, apalagi kompor gas yang harus dipancing dulu pakai api. 

Konyol? Mungkin, karena seharusnya saya bisa mengatasi rasa parno itu, kejadian itu terjadi karena om saya yang tidak waspada dan mencium bau gas, tapi tetap saja kejadian itu berbekas di pikiran saya.

Ada lagi kejadian lain yang berhubungan dengan api setelah kejadian om saya itu, saya waktu itu sedang di kamar, dan gak tahu kenapa tiba-tiba kabel di dalam kamar saya itu terbakar dan apinya langsung membesar. Saya teriak, saya nangis, saya gak berani keluar kamar, saya malah semakin merapat ke pojok. Mama saya yang berdiri di pintu teriak-teriak biar saya keluar, tapi saya gak berani, karena saya takut dengan apinya. Saya gak inget kejadian nya gimana tapi akhirnya mama saya berhasil padamin api itu, satu rumah bau kabel terbakar, tembok kamar saya hangus sebagian, dan saya gak berhenti gemetaran sampai papa pulang. 

Kejadian terakhir itu beberapa hari kemarin, saya baru pulang kantor, dan langsung mandi, adik saya rupanya ingin menggoreng bakwan udang, dia emang sudah biasa di dapur, tapi begitu saya keluar kamar setelah mandi, hal yang pertama saya lihat adalah adik saya berusaha mematikan kompor gas dan membawa Teflon yang terbakar (masih ada apinya) ke kamar mandi, tapi pas ditengah-tengah dapur tangannya terbakar, dan apa yang saya lakuin? Tubuh saya semua kaku dan tiba-tiba saya reflek ambil gayung buat nyiram teflon *padahal itu bahaya banget, karena bisa bikin api tambah besar* Alhamdulillah adik saya masih punya akal buat memadamkan api nya. 

Akumulasi dari semua kejadian itu, ngebuat saya bener-bener jaga jarak sama kompor, gas, minyak panas, dkk nya. Alhasil saya bener-bener cari akal gimana saya bisa tetep bikin makanan enak,dan bisa bersentuhan dengan kompor. Karena hal-hal itu juga sebisa mungkin saya bikin masakan yang gak terlalu menggunakan banyak minyak atau mengganti minyak dengan bahan lain.

Kemarin saya beli Happy Call, Alhamdulillah ada tetangga yang ngajak patungan, beli 2 dapat 3, jadi lumayan murah. Kenapa saya beli happy call? Karena saya pengen bisa masakin pasangan saya Ikan goreng, saya tahu kalau saya nge goreng ikan pakai wajan, saya akan butuh minyak panas yang banyak biar ikannya bisa garing, dan minyak itu akan muncrat-muncrat. Sementara kalau pakai happy call, saya tinggal bolak-balik saja karena bisa panas atas-bawah, walupun gak akan segaring kalau pakai minyak panas. 

 

Sebenarnya pasangan saya bukan orang yang rewel terhadap makanan, dia kurang suka dengan daging yang berlemak, tetelan ,ati-ampela, atau masakan yang banyak bumbu nya seperti masakan padang, dia lebih suka makan tumisan, tahu-tempe, sayur bening, jarang dia minta dibuatin soto, rawon, apalagi gulai, prinsip makan dia sepanjang gak menyusahkan dan proses masaknya itu aman buat saya. Tapi untuk seafood dia lebih suka yang digoreng biasa, bukan berkuah macam tom yam atau sop ikan, dia kurang suka dengan aromanya. Nah, karena saya tahu selera dia seperti itu maka nya saya sengaja beli Happy Call biar saya bisa nge-goreng seafood-seafood kesukaan dia.  

Jadi kalau sekarang ada yang bertanya, elo bisa masak apa put? 

Sejauh ini Alhamdulillah sudah bisa sayur bening, tumisan sayur, bulgogi (ini dagingnya gak muncrat loh kalau digoreng ;p) , brokoli mayonnaise (ini kesukaan saya, pasangan kurang suka mayo), sosis asam manis (one of his favorite), tempura (kalau ngegoreng pakai tepung bisa meminimalisir minyak yang muncrat-muncrat itu), tempe mendoan, fuyung hai, camilan macam rissoles, pisang coklat, segala jenis pasta, schotel, ramen (instan) hahahhaa

Insya Allah mau belajar bikin gudeg sama krecek (ini kesukaan pasangan juga soalnya), mungkin saya sekarang belum bisa sehebat teman-teman lain yang sudah bisa masak hidangan lebaran, atau yang pakai bumbu ribet-ribet, atau yang ala resto macam ikan terbang, tapi semoga saya bisa terus belajar untuk pelan-pelan ngatasin ketakutan saya terhadap kompor, api, dan minyak yang muncrat-muncrat, jadi bisa lebih kreatif lagi masaknya, apalagi kalau nanti sudah punya anak, tahu sendiri kan kalau anak itu bosenan.

L D M : Long Distance Married


Assalamualaikum..


Yes Long Distance Married alias hubungan pernikahan yang berjauhan, saya sudah hampir setahun dari pertama menikah menjalani LDM, dan banyak, banyak tanggapan negative berkaitan dengan jalan yang saya pilih ini, pernah waktu itu membaca komentar teman perempuannya mas fahmi, dia bilang: "kewajiban utama seorang istri setelah menikah itu adalah melayani suami dimanapun dia berada, dengan kata lain mengikuti kemanapun suami pergi. Dia bahkan sampai resign dari pekerjaannya".

Ada juga temen sendiri yang bilang, “gw mah kemanapun suami pergi kudu ikut, gak peduli sama kerjaan, kerjaan bisa dicari dimananpun, tapi pengabdian seorang istri itu yang Utama”
Ada lagi yang bilang, pas liat suami dirawat di RS karena kecapean bolak-balik tempat kerjaan yang beda kota sama rumah, akhirnya saya memutuskan buat resign aja dan pilih ngontrak di daerah kerja suami".
“…istri itu bisa kerja di rumah, berwirausaha, dagang dan ngikutin perkembangan anak, nyari duit bisa dari mana aja, lagipula pintu-pintu rejeki itu paling banyak dari berdagang”
“…pantes gak hamil-hamil, lah gimana mau hamil orang ketemu suami aja jarang?”
“…kok kuat sih? Emang gak kangen ya? Kalau aku yah mbak udah nangis setiap malem karena kesepian kali..” Dst… dst.. dst… Hehehehhehe… memang sebagai manusia itu paling gampang adalah: menggunakan sudut pandang pribadi untuk menilai suatu kondisi dari seseorang.

Kalau kata salah satu sahabat saya, “salah satu cara gw nyelesaian atau ngeliat suatu masalah adalah bukan diliat dari suatu sudut pandang tertentu, ibarat kalau masalah itu adalah lingkaran, gw akan keluar dari lingkaran itu, jadi gw bisa liat dari semua sisi”, dia bilang ini waktu kita SMA.

Berkaitan dengan keputusan saya untuk LDM, ini bukan semata-mata keputusan yang gampang. Ngedenger pasangan bilang kangen itu bukan suatu hal yang mudah, Bukan saya ngejar karir, bukan pula saya gak percaya sama rejeki dari Allah. 

Pasangan saya itu bekerja di salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pembangunan, kantor pusatnya terletak di salah satu daerah teramai di Ibukota, biang macet! Pernah saya bilang ke dia, mungkin gak sih proyekmu ada di tengah kota, dan dia jawab, mungkin Saja tapi gak ada sensasinya, rata-rata proyek di tengah kota terlalu simple. 
Sekarang dia sedang mengerjakan proyek Boiler di salah satu daerah di Jawa, keluhannya banyak, mulai dari : jauh dari saya, system management yang kurang terkoordinir, sampe masalah kesetaraan gaji. Tapi entah kenapa, saya tau diseret pulang pun dia gak akan mau ngelepasin proyek itu, tanpa dia sadari dia sayang dengan proyek boiler itu, walaupun dia bolak-balik pengen resign, tapi dia selalu semangat ngejelasin setiap saya tanya perkembangan boilernya.

Kalau sesuatu yang kalian bangun mulai dari 0, dimulai dari tanah kosong dan sekarang sudah menjadi bentuk pabrik lengkap dengan Boiler yang kalian pelajari, susun, rakit, siang-malem apa mungkin kalian gak sayang? Saya  gak pernah terima kalau ada orang yang bilang, mas fahmi Lebih pilih kerjaannya dan susah cari waktu buat saya. Atau sebaliknya.
Pekerjaan saya bukan nyawa saya, iya saya bisa mencari pekerjaan lain sepanjang saya mengikuti AFR dimanapun proyeknya. Tapi apa ada kerjaan kantor yang menerima karyawan, baru setahun masuk terus resign karena proyek suaminya sudah selesai, terus pindah kota dan apply lagi di tempat baru. Kemungkinan itu selalu ada, tapi saya belum berani untuk gambling.

Ninggalin kerjaan kantor sepenuhnya?

Selesai saya lulus S1, saya janji ke diri saya sendiri, dan doa saya setiap hari adalah Saya Bisa membiayai Kuliah adik saya sampai selesai. Sebelum saya memutuskan untuk menikah hal itu juga yang selalu saya katakan berulang-ulang ke pasangan saya. Apa ada yang salah dengan janji seorang kakak untuk ngebiayain kuliah adiknya? Gak, gak ada yang salah.
Apa salah jika seorang istri tinggal berjauhan dari suami nya dan gak bisa ngelayanin dengan baik? Rata-rata akan bilang, itu salah! Sebagian lagi ada yang bilang, ya tergantung suaminya.

Kayaknya dulu saya inget deh, waktu saya nonton Ketika Cinta Bertasbih kalau gak salah, si pemeran wanitanya minta syarat sebelum menikah, kalau dia mau tetap tinggal di dekat orang tuanya dan calon suami menyetujui. Saya sih gak minta syarat itu, tapi ternyata boleh kalau seorang wanita meminta syarat seperti itu kepada pasangannya. 

Alasan lain kenapa saya belum bisa mengikuti pasangan, kemarin dia cerita, salah satu temen kantornya bawa keluarga buat tinggal di deket proyek, enak sih bisa deket sama keluarga, tapi yang jadi masalah anak mereka yang masih balita gak punya temen main, alhasil si bapaknya membelikan dia tablet untuk si anak sebagai pengganti temen main. Can u imagine, balita dengan tablet? saya jelas nggak! Emang di Jakarta gak ada balita main tablet? Huaaaa… banyak!! Kalau itu mah menurut saya emang orangtuanya saja yang keterlaluan. 

Lantas kenapa kamu gak berdagang saja sih put?

Menurut saya pribadi, berwirausaha atau berdagang itu selain butuh tekad, panggilan jiwa, juga passion, apa kerja kantoran gak butuh semangat atau tekad atau passion? Nah! Semua kerjaan itu baik itu wirausaha, atau kantoran pasti butuh semangat, tekad, dan passion. Yang jadi masalah adalah, saya masih menikmati pekerjaan di kantor. Saya masih ikhlas menjalani hari-hari saya sebagai seorang karyawan. Sebut saya pengecut, berpikiran sempit, gak punya mimpi dll deh.. tapi menurut saya menjalani pekerjaan sebagai orang kantoran, dan memberikan seluruh kemampuan kita dengan ikhlas itu lebih baik, daripada seorang pekerja yang selalu ngeluh baik itu dia berwirausaha maupun karyawan. 

Dan dari gaji saya sebagai karyawan inilah saya bisa menabung untuk biaya kuliah adik saya. Saya tahu saya belum mampu menjalani peran saya sebagai seorang istri yang sempurna untuk pasangan, tapi saya juga gak punya hati untuk merengek-rengek meminta dia berhenti mengejar mimpi-mimpinya. Dia bahkan masih punya impian untuk bekerja di Kilang, berkali-kali dipanggil untuk tes tapi masih belum punya waktu buat hadir.. :’(

Apa nasib lo put kalau Mas Fahmi kerja di site?



Nah! Saya malah Alhamdulillah.. kalau mas fahmi di site kan biasanya dia akan ditempatkan untuk jangka waktu yang lama gak cuma setahun/2 tahun, jadi saya Insya Allah ikuuutttttttt.. hehehhhee.. kan saya bisa tuh minta penempatan di lokasi yang sama jadi saya gak harus resign dan tetep bisa nabung untuk biaya kuliah adik saya. :D

Menurut saya, kondisi saya masih lebih baik, istilahnya saya masih “single” belum memiliki buah hati, salah satu perempuan yang membuat saya kagum adalah mantan BM saya sendiri, ketika dia hamil anak ketiga, suaminya sedang melanjutkan sekolah S3 di paris. Anaknya yang paling tua masih berumur 6 tahun dan yang kedua umur 4 tahun, sehari-hari dia kerja dan jarak tempuhnya adalah Bogor-Jakarta, memang dapet supir dari kantor. Dia cerita mulai dari dia positive hamil anak ke 3, sampai melahirkan jauh dari suami, suaminya cuma BBM waktu dia melahirkan untuk memberikan nama, dan dia juga bilang dari ketiga anaknya yang proses melahirkan ditungguin oleh suami cuma anak pertamanya saja. 

Apa dia mengeluh? Dia bilang. Saya pengen banget bisa resign dan ikut suami tapi saya masih memiliki tanggungjawab sebagai seorang BM, dan saya juga tidak mau di cap sebagai seorang istri yang menghalangi cita-cita suami dengan ngelarang dia sekolah S3 di luar. Dia bilang Khadijah saja tidak mengeluh ketika berjauhan dengan Muhammad berbulan-bulan dengan keadaan yang tidak pasti ketika Nabi Hijrah, sementara saya masih bisa BBMan, telepon, Skype, apa yang harus saya keluhkan?

Kalau ada orang yang setelah baca tulisan ini bilang saya kerja cuma buat materi, gak apa-apa kok.. negara kita menjamin kebebasan setiap warganya untuk mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan. Saya juga gak minta pembenaran apapun. Saya cuma sedih aja ketika ada orang yang men-judge sesuatu padahal dia belum paham atau tidak tahu motif di balik tindakan itu *saya juga mungkin seperti itu, dan semoga bisa belajar untuk menguranginya*. Makanya para hakim selalu menggunakan asas praduga tak bersalah sebelum dia mendengar kesaksian dari setiap kasus. Hehehehhehe…

Afterall, saya mohon doa nya saja semoga bisa menjalani kehidupan pernikahan yang normal ketemu pasangan setiap hari, dan bisa Menuhin cita-cita kita baik sebagai seorang individu maupun pasangan, terserah mau tinggal di kota mana.. oh iya, semoga mas fahmi bisa kerja di site sesuai cita-cita dia..hehehehhe aamiiinnnnn!!!! 


PS: I LOVE YOU. *wink* -PHS

June 1, 2012

Menikah oh Menikah..


Assalammualaikum,

Saya rasa menikah itu kebutuhan mutlak setiap individu, mungkin bukan upacaranya tetapi kebutuhan untuk berbagi dengan orang lain itu yang paling dibutuhkan.

dilihat dari umur pernikahan saya yang belum genap satu tahun rasa-rasanya sok tau ya kalau saya tiba” mengambil topic tentang pernikahan, bukan, saya bukan ingin menceramahi atau berbagi pengalaman, saya hanya ingin cerita saja tentang ke Galau an saya sebagai seorang muslim dan kebetulan menjadi pengamat dan wadah cerita beberapa orang di sekitar saya.. hehehheehe.. let me give u my uneg-uneg!! 

----------------------------------------------------------------------



Saya inget ketika dulu tante saya (adik sepupu ayah saya yang paling kecil) memutuskan untuk menikah dengan pasangannya yang berbeda Agama, kita semua keluarga besar menolak dengan keras, bahkan nenek saya sampai jatuh sakit. Tetapi si  tante bersikeras, mungkin karena sudah terlanjur cinta dan dia berfikiran bahwa setiap agama adalah sama. Dia tetap menikah, kedua orangtuanya, kakek-nenek saya memutuskan tidak datang, begitupun beberapa anggota keluarga yang lain, hanya pakde saya saja yang menghadiri, menurut beliau, beliau perlu melihat adiknya benar-benar telah menikah, iya mereka menikah di Gereja. 

Setelah itu kita selalu bertanya-tanya apakah si tante ini, adik bungsu mereka, masih menganut Islam atau tidak? Terkadang dia ikut sholat berjamaah, dan masih berpuasa. Lantas bagaimana dengan pernikahannya di Gereja? Entahlah..  ketika anak pertama tante lahir, dia laki-laki. Orangtua mana yang tidak senang mendapatkan seorang cucu, saya inget satu kejadian lucu, begitu anak itu lahir keluarga besar tante saya bingung, di adzan kan atau tidak ya? Akhirnya kakek saya memutuskan untuk di adzan kan, tapi tidak lama datang pendeta untuk mendoakannya juga.. 

Cerita lain, teman saya, dia telah berpacaran lama dengan lelaki ini, mulai dari awal kuliah, awalnya tidak ada niat untuk serius tapi lama-lama sulit juga ya untuk berpisah. Mereka sempet putus, tapi sepertinya karena masih sama-sama cinta mereka kembali lagi. Sama kasusnya, yang pria berbeda agama dengan yang wanita, dan orangtua si wanita sudah menentang rencana apapun yang berkaitan dengan pria ini termasuk menikah. 

Sampai sekarang mereka tetap backstreet, wanita ini bercerita kepada saya kalau dia telah memutuskan untuk mengikuti agama si lelaki, tetapi kadang dia pun masih suka menjalankan ibadah layaknya muslim. Jujur saya sakit hati,setiap melihat dia seperti itu, saya melihat agama saya seperti dipermainkan. Dia ikut berdoa bersama pacarnya di gereja, tetapi kadang dia masih sholat 5 waktu ketika orangtuanya menyuruhnya. Terakhir dia bilang, dia sedang menyusun rencana untuk menikah, keputusan apapun itu, saya harap dia akhirnya bisa memutuskan keyakinan apa yang akan dia ambil.

Yang terbaru, kemarin lusa, saya sempet chatting an dengan salah satu teman kuliah saya. Jarang-jarang saya ngobrol sama dia, termasuk salah satu manusia sibuk soalnya teman saya itu. Seperti biasa dia menanyakan kehidupan pernikahan saya, saya bilang Alhamdulillah baik, walaupun masih LDR. Dan saya bertanya balik, gimana kamu sama cowok yang terakhir? Dia bilang masih lanjut, dan sepertinya memang ingin berakhir dengan lelaki ini,

 jujur saya bahagia ngedengernya karena saya tahu dia adalah salah satu perempuan yang “family oriented” jadi saya yakin ketika dia bekeluarga nanti mampu lah mengurusi keluarganya dengan baik, kemudian dia bilang, “tapi mama belum setuju put..” jadi si mamanya ini tidak setuju temen saya dengan pria terakhir karena ternyata si pria terakhir adalah seorang khatolik yang taat. 

“Wooww.. berat  ya “ itu komentar saya, tapi dia bilang, nggak kok biasa aja, kita akan nikah secara terpisah, lagipula selama ini dia gak pernah nuntut saya untuk ikut dia begitu juga sebaliknya, jadi agama kami tetap masing-masing.. *jujur saya masih bingung dengan konsep menikah terpisah seperti itu..*

Dan tadi pagi saya baru dapet cerita bahagia dari salah satu teman cowok saya, dia sedang meyakinkan keluarganya supaya dia bisa diijinkan untuk menikah dengan seorang muallaf.  Dengar dia cerita seperti itu saya sempet kaget dan ragu, “kenapa nih cewek jadi muallaf?” singkat cerita ketika perempuan ini sedang mempelajari agama dia yang sebelumnya, dia mendapatkan keraguan dengan konsep “KeTuhanan”. Setelah mencari selama kurang lebih 4 tahun, Alhamdulillah dia menemukannya di Islam, pada saat dia mulai belajar sholat. 

Tapi saya bilang ke temen itu, hati” kalau ingin menikahi seorang muallaf, pahami dulu alasan-alasan dia memilih Islam, samakan Visi-Misi, karena Islam sendiri memiliki banyak “sudut pandang” (mulai dari yang aliran keras sampai yang bener-bener liberal) jangan sampai Islamnya sama tapi sudut pandangnya beda, 

Kenapa saya ragu dengan menikahi seorang muallaf? Menurut saya, ketika seseorang memutuskan untuk berpindah agama hanya karena untuk mengikuti pasangan hidupnya, saya Cuma khawatir keturunan-keturunannya saja, apakah dia bisa menjadi orangtua yang baik dan mendidik sesuai ajaran Islam? Selain itu, ketika seseorang berpindah hanya karena “cinta kepada pasangan” apakah agama itu akan bertahan ketika orang yang dicintai meninggal terlebih dahulu? Kita gak pernah tahu umur masing-masing kan? Alhamdulillah jika seorang muallaf mendapatkan hidayah semata-mata karena kecintaannya kepada Islam, bukan “orangnya”, dan bisa menjaga keislamannya itu hingga akhir hayat.

Awal-awal kuliah saya pernah didekati oleh seorang pria non-muslim, dia termasuk salah satu jemaat yang taat, cara dia mendekati saya cukup lucu juga sih, awalnya minta belajar akuntansi bareng, terus di suatu pagi dia dateng ke kosan saya sambil bawain saya susu hangat, gak pake bungkus plastic, atau susu kotak ya, tapi dia bawain pakai mug beruang dari kos-nya ke kosan saya. Dan cerita itu lumayan terkenal di antara temen-temen seangkatan, sampai suatu malam, dia ngajak saya keluar cari makan dan menyatakan perasaan dia ke saya, sebenernya saya gak terlalu punya perasaan khusus ke dia, anaknya baik, sopan, manis, pinter, tapi entah kenapa “he is not my type” selain karena kita beda agama ya. 

Tapi ketika dia membahas tentang perasaannya itu ke saya, saya sempet iseng nanya “nanti kita ke depannya gimana?” bukan karena saya ingin serius atau menjalin hubungan ya, Cuma mau tahu aja sudut pandang dia akan masalah seperti itu kayak apa.. dan dia bilang: “ya lihat nanti saja, kita jalanin saja yang sekarang, biar kita sama-sama belajar perbedaan masing”

Dan detik itu juga, dia kehilangan respect di mata saya, buat saya Agama apapun itu, Tuhan harus dinomor satukan. Ketika dia bilang “lihat nanti saja…” saya berfikir, jadi maksudnya kamu ingin mengenyampingkan Tuhan untuk sementara waktu, begitu? Bagaimana kalau “Tuhan yang mengenyampingkan kita untuk sementara waktu?” waahhh.. bisa berabe Dunia Akhirat tuh. Tapi Setelah itu kita masih tetep deket, sampai akhirnya saya yang memutuskan untuk menjauh, karena rasanya gak nyaman saja. Dan setelah saya menjauh, dia sepenuhnya gak pernah ngajak saya ngobrol lagi, sampai saya dapet berita terakhir kalau dia sudah meninggal terkena kanker. 

 
Saya gak bisa paham dengan pola pikir orang-orang yang tetap bertahan dengan “perbedaan” seperti itu hanya karena cinta dan sudah sama-sama cocok, saya mungkin egois dan dangkal jadi agak kurang paham dengan konsep cinta yang seperti itu. Tapi saya bingung, cocok darimana ya? Jelas-jelas perbedaannya besar banget? 

IMO, Agama itu dasar kehidupan yang menentukan seperti apa kita bertindak dan berperilaku sehari-hari. Saya gak akan membahas agama apa yang lebih baik karena itu berkaitan dengan akidah, tapi rasanya egois saja, kalau kita “berpindah Tuhan” hanya karena cinta kita kepada manusia, begitu juga dengan orang-orang yang tetep keukeuh untuk menikah dengan perbedaan yang ada, dan masih menganut kepercayaan masing-masing.

Dalam Islam, pernikahan wanita muslim dengan laki-laki non-muslim hukumnya Haram, begitu juga dengan pria muslim yang ingin menikahi wanita non-muslim, memang masih ada perbedaan berkaitan dengan pria muslim menikah dengan non-muslim.  

“Dan Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka beriman (masuk islam). Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu, dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak mukmin lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.. (QS:al-Baqarah:221)”

Menurut ulama Muhammadiyah, Sebenarnya menikah berbeda agama juga dilarang di dalam agama Nasrani, hal itu tercantum dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3.
Isi perjanjian Ulangan 7:3-26 “Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki: 7:4 “sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang daripada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera”

Dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa: “pernikahan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya”

Saya juga kasihan dengan anak yang dilahirkan nanti, ada yang bilang, “kok malah mikirin anaknya sih? Yang menikah kan orangtuanya, Agama itu bukannya panggilan hati ya? Jadi ya terserah dong anaknya nanti mau ikut kemana?”  

Rasulullah saw. Bersabda: Tidaklah anak yang dilahirkan itu melainkan lahir dengan membawa fitrah. Maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana seekor binatang ternak yang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna (tanpa cacat), apakah lantas kamu lihat terdapat cacat pada telinganya?”

Ada juga yang bilang, inilah jodoh Tuhan yang diberikan kepada saya, ya masa’ mau saya tolak. Saya pernah membaca, Jodoh memang termasuk “Harta” yang diberikan oleh Tuhan, tetapi ketika Tuhan memberikan harta, memberikan kesenangan, maupun kesusahan itu semata-mata untuk menguji, apakah dengan hal-hal itu kamu akan semakin mendekatkan diri atau malah bertambah kufur? Pernah gak berfikir, Tuhan sengaja memberi kita pria menarik di depan mata untuk menguji keimanan kita? Apakah dengan hadirnya pria itu kita akan berpaling dari Tuhan atau malah semakin dekat kepada Tuhan?

Pernikahan, Anak dan keturunan adalah anugerah Allah yang akan ditanyakan di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda yang disampaikan oleh Abu Said Al-Khudri dan Abu Hurairah ra., “pada hari kiamat nanti, seorang hamba akan dipanggil di hadapan Allah dan ditanya, ‘bukankah Aku telah menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, harta, dan anak? (dalam riwayat lain ditanyakan, ‘Bukankah aku telah menikahkan kamu?’) ‘Bukankah Aku telah menaklukan binatang ternak dan ladang untukmu? Bukankah aku telah membiarkanmu berkuasa dan hidup? Apakah dulu kamu menyangka bahwa kamu akan bertemu dengan harimu ini?”

 Dijawab: “Tidak.”
 
Maka Allah pun berfirman, “Pada hari ini Aku melupakan dirimu seperti dahulu kamu melupakan-Ku.”

Pada akhirnya saya hanya bisa bilang, tolong berfikir dulu sebelum bilang “Yes, I Do” karena pernikahan ini bukan hanya untuk Dunia saja, melainkan sepanjang masa. Dosa kita sebagai manusia sudah banyak, janganlah membebankan kepada anak, cucu kita nanti dengan “masalah pernikahan kedua orangtuanya”.

Wassalammualaikum.


 Source:
m.republika.co.id,
Ir.Muhammad Ibu Abdul Hafidh Suwaid “Cara Nabi Mendidik Anak”,
www.sabda.org/sabdaweb/