September 22, 2014

Enjoy it! While you are in a DINK situation.

Gak sengaja baca artikel baru di Mommies Daily, dengan judul We Are DINK Family! Awalnya saya pikir DINK itu nama keluarga, ternyata singkatan yang memiliki kepanjangan Double Income No Kids Yet, dan isi artikelnya 100% tepat banget, bayangkan diri anda dan pasangan memiliki penghasilan sendiri-sendiri tanpa perlu menanggung ‘keluarga’ (baca: kasih ke ortu atau uang saku adik) luar biasa, berlimpah ruah itu kehidupan.. bener loh, mau decor rumah ala macem-macem bisa banget! Jalan jalan kesana kemari sesuka hati apalagi.. hang out sampai pagi? Hayo atuh lahh.. makanya ketika ada temen yang baru married dan belum apa-apa sudah sedih karena belum hamil saya suka heran sendiri, hey..masih banyak hal menyenangkan yang bisa kalian nikmati loh selagi berdua! Biar saya kasih tau ya minusnya punya anak (i do believe everything has their own positive and negative side, including kids, apakah ini indikasi saya tidak bersyukur? Bukan,saya Cuma ingin bilang..  nikmatilah apa yang kamu miliki sekarang).

Ketika kamu punya anak:

1.Hamil, gak setiap kehamilan itu mudah dan nyaman, Perut begah, kembung gak jelas, tiba-tiba mual, badan pegel-pegel, bahkan saya punya temen yang mulai dari trimester pertama sampai terakhir dia tetep mual. Scary? Banget!! Saya saja yang ngalamin mual “Cuma” di 3 minggu terakhir trimester pertamanya rasanya sudah mau teriak.. aakkk, kapan trimester kedua datang??

2.Melahirkan, alhamdulillah saya “Cuma” mengalami 6 jam full kontraksi dengan bantuan induksi itupun dengan dosis yang paling ringan, dilanjutkan dengan IMD full 2 jam dan habis itu saya bisa jalan-jalan seperti layaknya orang normal. TAPI, pasien lain yang waktu lahirannya barengan dengan saya, butuh waktu 3 hari untuk mendapatkan bukaan lengkap, diinduksi dan perlu di vakum pula untuk mengeluarkan bayinya. Capek? Jangan tanya deh.

3.Ketika bayi lahir, Omar bukan type bayi yang bangun malem, dari newborn sampai sekarang 14 bulan dia Alhamdulillah sudah punya jadwal tidur tetap, saya sendiri bingung, ini dulu saya nyetting nya gimana sih? Sementara temen saya yang lain, hampir setiap pagi dia cerita anaknya baru tidur jam 3 pagi, dan selama itu pulak si anak ingin ibunya jangan tidur dan menemani dia MAIN.

4.Gimana dengan masalah pengeluaran? Hahahhaa.. hampir setiap bulan saya dan bapak suami selalu berhitung “bulan ini apa yang bengkak?” “masih bisa ditutupin gak?” “masih bisa menabung kan?” sekarang kami sedang memperhitungkan InsyaAllah kehadiran anak kedua kami, dan menimbang-nimbang apakah Omar butuh masuk preschool atau langsung TK saja, more things to think.

5. Jangan harap bisa keluar seenak-enaknya, banyak banget pertimbangan kalau mau punya “me time” entah saya atau bapak suami, bukan berarti kami berdua gak punya me time yaa.. tapi, pertanyaan mulai dari: nanti Omar ditaruh di rumah neneknya berarti? Bilang dulu sama mama bisa gak taruh Omar disana sabtu besok, saya lupa kapan terakhir kali saya nonton bioskop, kayaknya sebelum kami menikah deh.. *itung saja sendiri sudah berapa tahun*

Mungkin kalau dibikin list gak akan selesai, ada saja hal-hal baru yang bikin saya geregetan dan bolak-balik nyebut minta sabar ke Allah.

Positive nya apa?

Saya Cuma bisa bilang, Hati saya serasa mau meledak setiap inget anak *dan itu setiap waktu* Yah, sebesar itulah kebahagiannya.

Jadi sekalipun sekarang kalian berstatus DINK, just enjoy it! Punya kebebasan finacial dan waktu pribadi itu menyenangkan loh, dan selalu minta anak kepada Allah di waktu yang tepat, tepat secara fisik dan bathin. Insyaallah Allah akan kasih di waktu terbaik-Nya.

September 18, 2014

Gampang Hamil?

Beberapa waktu lalu saya baru saja mengeluarkan pengumuman di kantor, kalau saya kemungkinan hamil (lagi) waktu itu saya belum USG baru testpack saja, saya ngeluarin statement ini sebenernya bukan karena pengen pamer sih, jadi kantor saya berencana mengadakan employee  gathering di Bulan Oktober ini, lokasinya cukup jauh di daerah Anyer. Saya bingung harus kasih reason apa untuk tidak ikut, karena jujur ketika pemilihan tempat gathering saya memang tidak memilih pantai melainkan gunung, kenapa saya pilih gunung karena saya pikir gunung tempat yang cukup friendly untuk membawa seorang toddler.

Walaupun judulnya “Employee Gathering” tetapi mau tidak mau saya akan membawa seluruh keluarga kecil saya untuk ikut serta, Ayahnya Omar & Omar, saya sudah meninggalkan Omar selama 5 hari dalam seminggu, kalau saya tinggal lagi di weekend dan menginap pula, duh saya tidak tega, apalagi Omar masih bergantung banget sama nenen untuk tidur malem, jadilah saya pilih gunung, dengan harapan udaranya cukup nyaman untuk Omar. Sayang hasil pooling yang lolos ternyata berlokasi di Pantai, tapi bagaimana agar alasan saya tidak dapat ikut dapat diterima dengan kuat tanpa ada bantahan?

Salah satu atasan di kantor saya ini paling anti kalau ada acara kantor dan ada karyawannya yang gak bisa ikut tanpa ada alasan yang bisa diterima oleh akal sehat, Kalau saya bilang tidak tega membawa anak kecil, banyak teman-teman saya yang juga membawa anak mereka untuk ikut serta, jadilah saya pakai si testpack positif itu sebagai alasan. Hehehhe... langsung deh  gak ada yang berusaha membujuk saya untuk tetep ikut, siapa yang tega coba, perjalanan dari Bekasi ke Matraman lanjut ke Anyer dengan kondisi hamil muda dan membawa toddler berusia  14 bulan, setelah mengeluarkan "pengumuman kehamilan itu" gak lama saya dapat beberapa whatsapp dan komentar dari beberapa teman yang belum mendapat keturunan, “kok enak banget sih put, gampang banget hamilnya..” “gw kapan ya put? Orang-orang udah mau punya 2, gw aja 1 belum” memang selain saya ada salah satu teman kantor yang sedang hamil anak kedua juga, dan banyak yang sedang mengandung anak pertama, gak salah sih kalau memang kehamilan menjadi salah satu isu sensitif di kantor kami.

Mendengar komentar teman seperti itu saya langsung gak enak sendiri, gak enak karena sebelumnya saya sempat fragile dan galau karena mendadak hamil, sementara masih banyak orang-orang di sekeliling saya yang masih berusaha keras untuk memperoleh keturunan.
Saya pribadi sampai sekarang masih kaget ketika USG kemarin (iya, akhirnya saya USG juga) sudah terlihat kantung janin, yolksack, dan janin yang sehat lengkap dengan denyut jantungnya menunjukan usia 7wk 4days. Subhanallah, saya baru selesai mendapat haid pertama saya setelah hampir setahun saya bebas dari rasa menstruasi dan sekarang saya sudah hamil lagi?

Saya tidak pernah menganggap diri saya perempuan berkategori subur, atau kalau becandaannya teman-teman sekali di senggol langsung mbelendung. Dari pertama kali saya dapat haid jaman kelas 1 smp dulu, haid saya tidak pernah teratur sampai sebelum saya hamil Omar, rentang haid saya setiap bulan itu jauh, misal bulan januari saya mendapatkan haid di tanggal 1, bulan februari saya bisa mendapatkannya di tanggal 20, bahkan pernah setelah menikah saya tidak haid selama 2 bulan lebih, siklus haid saya pun kalau di rata-ratakan termasuk bersiklus panjang  -/+ 37 hari, jadi ketika saya tidak menstruasi selama 2 bulan lebih tetapi testpack menunjukan negatif, saya memberanikan diri berkonsultasi ke dokter kandungan, itu untuk pertama kalinya saya mengunjungi dokter kandungan dan melakukan pemeriksaan USG TV.  Hasilnya? Sel telur saya lambat matangnya dan tampilannya seperti rantai, dokter pertama menyebutnya kista folikel (?) agak lupa saya, saya diberi perangsang haid dan dianjurkan menunda kehamilan sementara saya mengkonsumsi pil KB untuk menstabilkan hormon saya. Setelah setahun saya mengkonsumsi Pil KB (September 2011 – September 2012) saya kembali berkonsultasi ke dokter kandungan ke 2, dengan niatan ingin melakukan program kehamilan, lagi-lagi ketika USG TV penampakan sel telur saya masih sama, kecil dan berbentuk rantai (siapa yang gak bingung coba?) akhirnya Obgyn ke 2 menyarankan saya untuk tes darah lengkap, termasuk gula darah harian, dan tes hormon prolaktin, beliau mencurigai saya suspect PCOS, PCOS adalah salah satu gangguan hormonal yang paling sering terjadi pada wanita dan diduga menjadi salah satu penyebab utama infertilitas.

Indikasi PCOS ada 3, yaitu:
1. Adanya gangguan haid akibat sedikit hingga tidak adanya ovulasi,
2. Adanya tanda secara klinis biokimia hiperandogen
3. Gambaran Ovarium polikistik dari pemeriksaan USG.

Setelah semua hasil tes darah itu keluar menunjukan gula darah normal dan kadar hormon prolaktin saya pun masih di angka 9, yang berarti tubuh saya masih dalam kategori “normal”, tetapi tetep dokter meresepkan saya obat profertil yang berfungsi sebagai perangsang sel telur, diminum pada saat haid hari ke 2, dan dibatasi selama 3x siklus, jika selama 3x siklus saya belum berhasil hamil juga akan diadakan tes lanjutan (saya gak tanya apa saja tes lanjutannya) dilanjutkan dengan tes dari pihak suami. Alhamdulillah tidak perlu mengkonsumsi obat perangsang itu saya diberikan kehamilan pertama oleh Allah setelah telat 9 hari (menurut hitungan aplikasi handphone yang saya pakai), dan menurut dokter mungkin sel telur saya seperti rantai begitu hanya tampilan saja tidak berpengaruh apa-apa terhadap hormon saya.
Sebelum saya tahu saya hamil, setiap ada teman yang memiliki siklus haid yang pasti setiap bulannya, jauh di dalam hati saya, saya ingin memiliki siklus yang pasti juga, jadi ketika mereka bilang “habis ini giliran gw dapet haid nih” saya langsung ngebatin, “kapan ya giliran saya?” dan ternyata perasaan ini sudah berlangsung sejak lama, saya inget ada masa-masa kawan-kawan saya bergantian mendapatkan haid sementara saya belum tahu kapan haid saya akan muncul.

Sampai saya hamil ke 2 ini pun, saya tidak menganggap diri saya “gampang hamil” , saya merasa ini semata-mata rejeki dari ALLAH, walaupun saya bersikeras belum mau punya anak dan berusaha sehati-hati mungkin dalam berhubungan, kalau Allah sudah mentakdirkan jadi maka jadilah.

Rasanya saya ingin bilang langsung ke mereka, “nggak kok.. gw gak segampang itu, dan bercerita panjang lebar tentang kekhawatiran-kekhawatiran saya di atas” tapi alih-alih ngomong kayak gitu, saya Cuma bisa bilang “Alhamdulillah, dikasih rejeki hamil lagi sama Allah.. sabar ya, jangan pernah berhenti usaha, apalagi untuk sesuatu yang bener-bener layak untuk diperjuangkan, yaitu Anak”.

September 10, 2014

Ketika Saya 27 Tahun

Tanggal 28 Agustus kemarin,usia saya bertambah menjadi 27 tahun, gak terasa deh ternyata sebentar lagi InsyaAllah saya akan berkepala “3”. Saya selalu punya bayangan, di usia 27 ini lah saya akan menikah, setelah saya memiliki pekerjaan mapan, gaji berlimpah, apartemen sendiri, bahkan mobil! Manis bener deh bayangan saya itu, saya akan banyak menghabiskan gaji saya untuk melakukan banyak hal yang menyenangkan diri sendiri, belanja barang-barang cantik, makan-makan enak, bahkan jalan-jalan keliling Indonesia, termasuk travelling solo. Saya tidak bisa membayangkan di usia saya yang kurang dari 27 tahun, saya akan terikat dengan yang namanya “Pernikahan” apalagi “Keluarga”.  Kenyataannya?

Saya menikah di usia 24 tahun kurang 1 bulan, setelah gagal melakukan negosiasi tanggal akad dan resepsi, yang semula saya bersikeras “tunggu sampai umur 24 dulu sik..” akhirnya menyerah dan menikah pada tanggal 02 Juli 2011. Saya masih inget doa saya ketika itu, “Ya Allah saya belum siap untuk sepenuhnya menjadi istri, saya masih mau bermain dan bersenang-senang” dan terjadilah doa saya itu, 3 hari setelah saya menikah bapak suami harus kembali ke proyek, frekuensi bertemunya kadang 2 bulan sekali, bahkan pernah sampai 3 bulan kami tidak ketemu, saya menjalani Long Distance Married, alhasil bener-bener kayak orang pacaran bukan pasangan suami istri, untuk masalah keturunan pun seperti itu, karena saya tidak mau hamil “seorang diri” tanpa ditemani suami, mendadak setelah menikah hampir 2 bulan saya tidak datang bulan, setelah konsultasi ke Obgyn ternyata sel telur saya terlihat seperti “lambat” matangnya, dan diduga saya mengidap PCOS, setelah memutuskan untuk, “kita tunda saja dulu keinginan untuk memiliki keturunan ini dan perbaiki kualitas sel telurnya” jadi selama 12 bulan saya disarankan untuk mengkonsumsi pil KB sampai bapak suami kembali di bulan september 2012, itupun saya inget saya sedang datang bulan, sekembalinya suami baru saya berani “merevisi” doa saya kepada Allah untuk diberi kesempatan menjadi Istri sepenuhnya dan memiliki keturunan, subhanallah.. bulan Oktober saya full konsultasi ke dokter dan periksa darah lengkap serta  konsumsi asam folat rutin, dan di bulan November saya positif hamil. Jadi hamil pertama saya terjadi di Usia 25 tahun 3 bulan.

26 tahun kurang 1 bulan saya resmi menyandang status Ibu dari seorang bayi laki-laki yang bernama Omar Aqil Ramadhan, bener-bener gak membayangkan saya menjadi Ibu di usia semuda itu *buat saya muda ya..*  Selepas melahirkan memang saya tidak terpikirkan untuk menggunakan KB, baik KB Oral, IUD,maupun suntik, orang-orang di sekeliling saya, termasuk mama pun entah mengapa tidak menganjurkan saya untuk menggunakan Pil Kb, sementara saya sendiri tidak merencanakan untuk secepatnya hamil lagi, kalau baca cerita saya disini dan disini, saya sebisa mungkin ingin memberikan jarak yang “pas” untuk Omar dan calon adiknya kelak. Banyak orang menyarankan sistem kalender kepada saya, jelas ini gak bisa saya ikutin, haid saya itu bukan jenis haid yang ontime/pasti datangnya setiap bulan, sudah saya ceritakan kan ya kalau saya sempet diduga mengidap PCOS,diduga seperti itu selain tampilan folikel sel telur saya setiap USG yang rata-rata menyerupai rantai, haid saya pun tidak teratur. Jadi sistem kalender jelas saya coret. Salah satu hal yang saya yakini akan mampu membuat saya “aman” dari resiko kehamilan adalah menyusui secara teratur, iya menyusui dengan ASI Eksklusif itu merupakan salah satu metode ber-KB alami,efektifitas metode ini sampai 98%. Tapi memang ada syarat-syaratnya, yaitu:
1.memberikan ASI secara eksklusif sesering mungkin (minimum 4jam sekali tanpa pernah lowong), interval jeda menyusui di siang hari tidak lebih dari 4 jam dan di malam hari tidak lebih dari 6 jam. Ini sukses saya terapkan walaupun saya working mom, saya meninggalkan Omar antara pukul 06.30 – 07.00 pagi, sebelum berangkat jelas Omar saya susui dulu, saya kembali pumping di kantor pukul 09.30 dan maksimal jam 10.00 saya sudah harus pumping, pumping kedua saya selepas makan siang antara jam 13.30 – 14.00, dan terakhir sebelum pulang, saya kembali pumping pada pukul 15.30 – 16.00.
2.Ibu belum mendapatkan haid sejak masa nifas berakhir. Selesai masa nifas saya benar-benar bersih dari haid.
3.Bayi belum berusia 6 bulan, Jika bayi sudah mulai MPASI, berarti syarat nomor satu sudah sulit dipenuhi.

Alhamdulillah saya sukses menerapkan ketiga point diatas, dan sukses mendapatkan KB Alami hingga Omar berusia 11 bulan 2 minggu. Entah kenapa menjelang ulang tahunnya yang pertama dia mulai jarang mengkonsumsi Asip di siang hari, jadi stock asip nya sempet hampir kadaluarsa, karena itu saya akhirnya mengurangi frekuensi pumping siang saya, dan munculah si tamu bulanan di awal bulan Juli 2014, setelah hampir 1 tahun saya bebas dari haid.

Selepas mendapat haid, saya mulai concern menghitung hari subur saya, dan tanya-tanya seputar aplikasi terkait masa subur yang bisa saya install di android, dan akhirnya saya memilih P Tracker, saking khawatirnya saya sampai mencatat waktu-waktu saya berhubungan dengan bapak suami (ini beneran loh), saya sih pede pede saja dengan cara saya itu, entah kenapa saya menganggap saya type perempuan yang “tidak terlalu subur” dan “tidak mudah hamil” mengingat riwayat datang bulan saya. Jadi ketika teman-teman saya sudah mulai datang bulan lagi dan saya belum, saya masih selooww dong.

Saya inget saya pernah menulis status di facebook tentang teman kantor saya yang ternyata 'mendadak’ hamil lagi, padahal usia anaknya belum genap 1 tahun, karena itulah kami yang baru memiliki anak 1 mulai diledek untuk segera tambah momongan lagi. Kontan saya langsung bergidik, membayangkan Nursing While Pregnant, lanjut Tandem Nursing, dan dilanjutkan pumping asip lagi selama 3 tahun ke depan, wuihhh belum berani saya, apalagi kendala ART untuk bantu-bantu di rumah pun sampai detik ini saya belum sukses ketemu yang ok.
Telat haid 2 minggu dan badan saya mulai gak nyaman, saya malah khawatir kalau “jangan-jangan saya beneran PCOS” nih karena haid saya yang kembali tidak teratur, sama sekali gak kepikiran untuk testpack, karena rasanya badan berbeda dengan waktu telat haid karena hamil Omar dulu.

31 Agustus, di usia 27 tahun 2 hari, setelah telat haid 20 hari, didukung dengan perut yang bolak-balik begah macam telat makan, rasa eneg yang gak jelas, ngebuat saya akhirnya memutuskan untuk beli testpack di jam 10 pagi. Saya inget suami saya bilang untuk besok saja test nya karena kan harus pakai urine pertama di pagi hari, tapi saya keukeuh mau test sekarang juga, kalau memang saya ditakdirkan hamil, mau test dengan pipis pertama ataupun pipis terakhir hasilnya akan positif kok. Dan hasilnya, muncul lah 2 garis pink dengan cepat tanpa ada jeda. Terpana saya! Shock, bingung, galau, campur jadi satu, seharian badan saya gak nyaman, akhirnya ngungsi ke rumah mama, sementara bapak suami liat pameran ikan di WTC (dengan ijin saya), setelah ngobrol-ngobrol dengan orangtua walaupun ada rasa “gak terima” dan masih bingung beneran nih saya hamil LAGI? Pelan-pelan saya mulai mencoba berfikir, sekarang Omar 13 m  jika kehamilan ini lancar tanpa halangan, Insyaallah akan lahir di bulan april atau mei ketika Omar berusia 22 m, saya rasa di usia itu sudah bisa saya lakukan sounding untuk Weaning With Love, agar saya tidak perlu tandem nursing. Pumping untuk stock asip Insyaallah akan tetap saya lakukan, sekarang saya sedang memberi “tubuh”saya istirahat sejenak, Omar masih menyusu langsung dari PD ibunya, tetapi kalau saya sedang capek atau lelah berarti saya tidak pumping dan Omar saya selingi dengan UHT untuk konsumsi siangnya.

Saya tidak menyangka kalau mengingat khayalan saya tentang “usia 27 tahun” ternyata di usia 27 tahun ini saya sudah mengalami banyak hal dan kesemuanya berhubungan dengan pernikahan dan keluarga, di usia 27 tahun saya harus mempersiapkan diri saya untuk bisa menjadi ibu yang lebih baik lagi demi anak-anak saya nanti, di usia 27 tahun kembali saya merasakan kehamilan yang rasanya baru kemarin, di usia 27 tahun saya harus belajar mempersiapkan Omar sebagai “mas”, di usia 27 tahun saya harus bersiap-siap menjadi ibu dengan 2 orang anak yang masih piyik-piyik (dimana saya bisa beli stock sabar???), tapi pada akhirnya saya gak sabar menyambut tahun 2015.. melihat Omar tumbuh semakin besar, pilih-pilih preschool (kalau Omar mau ya pastinya), belanja-belanja perlengkapan newborn (lagi!), penasaran dengan nanti anak kedua kami seperti apa ya, dan bertekad mengalami proses persalinan yang lebih baik dari kemarin, bisa sukses IMD dan lanjut ASIX serta mpasi homemade seperti Omar dulu. Aamiin.