May 25, 2013

Ketika AFR Belajar Menjadi (Insya Allah) Ayah

Pertama kali tahu saya positif hamil *actually we found it together* jongkok bareng di dalem kamar mandi merhatiin testpack, dan ketika si TP itu mulai menunjukan dua garis samar, saya pribadi merasa deg-deg an banget! Sejujurnya saya berharap reaksi AFR akan sedikit drama gitu, maklum saya kan agak-agak drama Queen ya.. entah itu berharap dia berkaca-kaca atau tiba-tiba ngegendong saya. Huehehehe… tapi reaksi dia “hanya” merangkul saya sambil berbisik dan sedikit mengecup pelipis saya. Walaupun saya tahu kalau dia aslinya sih bahagia banget.

AFR memang gak se ekspresif saya sih, dia itu cenderung cuek dan pendiam. Nah, karena sifatnya itu lah kadang membuat saya bertanya-tanya, “nanti dia jadi Ayah yang seperti apa ya untuk anak kami?” karena berdasarkan cerita-cerita dia ketika masih kecil, hampir seluruh kebutuhannya ibunya yang mengatur dan mengurus, jarang dia berinteraksi dengan bapaknya. Sementara saya? Wah jangan ditanya, hampir seluruh orang di lingkungan kami mengetahui bahwa saya adalah “Daddy’s little princess” bahkan mama saya pun mengakui hal itu, dan ketika saya beranjak remaja hingga detik-detik saya akan menjadi istri orang, papa masih mengantar saya kemanapun saya ingin pergi. Ya, sekuat itu lah bonding saya dengan papa. Jika ada yang mengatakan kalau ikatan antara “Ibu dan Anak” terjadi secara misterius dan koneksi mereka terjalin secara alami berbeda halnya dengan ikatan “Bapak dan Anak”, mereka harus dibentuk sedari dini.

Buat saya orangtua itu panutan, keduanya memiliki andil yang sama besar, tapi saya setuju jika ada yang berkata peran seorang Ayah dapat membentuk anak menjadi lebih berani, lebih percaya diri, lebih kuat, dan untuk seorang perempuan kehadiran figur ayah yang baik sedikit banyak akan memberi andil bagi mereka dalam memilih calon suami nanti. 

Karena itu lah mulai dari awal hamil saya semangat untuk membantu AFR membangun bonding dengan anak kami nanti, saya ingat ketika waktu trimester pertama AFR lupa berapa ukuran kandungan saya, saya mikirnya “duh, kok gak perhatian banget sih!” dan ketika saya mulai searching segala informasi mengenai tumbuh-kembang janin saya berusaha untuk melibatkan dia, walaupun saya tahu dia cuek tapi diam-diam setiap kali kami kontrol rutin bulanan AFR sudah menyiapkan list pertanyaan untuk dokter kandungan kami. *kalau saya mesti lupa apa yang harus saya tanyakan*

Selesai trimester pertama, saya sengaja membelikan AFR buku Catatan Ayah ASI

 
Ya, saya memang bercita-cita ingin memberikan anak kami ASI ekslusif untuk 6 bulan pertama, dilanjutkan dengan MPASI Homemade dan ASI penuh hingga anak kami berusia dua tahun. Saya tidak tahu saya mampu atau tidak, makanya saya berusaha mencari dukungan sebanyak mungkin. Saya tidak perlu meragukan mama, karena beliau pun memberikan ASI penuh untuk anak-anaknya jadi saya yakin dia akan berada di kubu saya, yang saya khawatirkan justru masa-masa persalinan di RS seandainya saya tidak mendapat RS yang pro ASI, dan orang-orang di sekitar kami. Karena itu saya ingin AFR yang bertindak sebagai pelindung saya.. ;)

Saya kaget waktu saya melihat AFR benar-benar serius membaca buku itu, ketika dia mencoba mencari tahu tentang apa itu colostrum, IMD, manajemen untuk ASI Perah, cara menghindari bayi dari bingung puting, dan bagaimana cara mengatasi stress pada ibu menyusui. Ya, AFR mempelajari itu semua, hingga dia mampu mengeluarkan kalimat yang membuat saya senyum-senyum dan sedikit menganga saat mendengarnya “nanti aku mau belajar kasih ASI dedek pakai pipet aja, kalau pakai dot takut dia bingung puting” begitu juga ketika dia mulai belajar mencari tahu apakah kulkas 2 pintu lebih baik dari kulkas 1 pintu untuk penyimpanan ASIP, ketika dia mulai mengumpulkan botol kaca U C 1000 sebagai wadah untuk ASI. Hal-hal kecil itu indah banget menurut saya..

Saya ingat ketika kita pertama kali hunting RS untuk persalinan, ini beberapa pertanyaan yang dilontarkan AFR:
  1. apakah ibu dan anak bisa rooming?
  2. RS ini pro ASI dan IMD atau tidak?
  3. Dan jika terjadi tindakan darurat berkaitan dengan pemberian susu formula apakah orangtua akan dimintai surat persetujuan?
  4. RS ini pro normal atau caesar?
  5. Perbedaan normal dengan ILA dan normal tanpa ILA?
  6. Jika melahirkan caesar siapa anggota keluarga yang bisa menemani?
Jika suami-suami lain akan langsung straight to the point hanya menanyakan masalah keuangannya saja, suami saya justru sebaliknya, dia ingin tahu detail. Pertanyaan – pertanyaan itu indah banget menurut saya..

Ketika saya iseng-iseng ngajakin AFR ke seminar parenting, kehamilan, mempersiapkan persalinan dan menyambut kelahiran bayi baru. Dia langsung setuju! Huehehehe.. bahkan dia pun tanpa ragu ikut kelas hypnobirthing yang sempet diadain di seminar itu. Dan di kelas praktik memandikan bayi si AFR diam-diam membuat catatan barang-barang apa saja yang wajib dibeli, walaupun masih malu sih waktu disuruh maju ke depan buat ikutan praktik langsung. ;p 

Hal indah lainnya ketika AFR mulai ngobrol dengan perut saya, dia ngelakuin itu setiap malam mulai dari malam pertama saya merasakan bayi kami mulai “bergerak”, sejujurnya saya gak ngerti apa yang dia omongin, lebih banyak bisik-bisiknya, tapi bayi ini lucu entah kenapa saya merasakan kalau dia lebih “pro” ke ayahnya daripada ke ibunya, walaupun agak-agak bete ketika si bayi lebih merespon panggilan bapaknya, saya bersyukur ikatan ayah dan anak ini semakin kuat. :))
 
Puncaknya adalah ketika dia mengingatkan teman kuliahnya yang sedang mempersiapkan persalinan istrinya untuk tidak lupa dilakukan IMD, si teman ini dengan polosnya menjawab: apa itu IMD? Dan AFR menjelaskan “IMD adalah Inisiasi Menyusui Dini” saya berharap si teman ini akan penasaran dan bertanya detail seperti apa IMD itu, tapi sayang dia malah menjawab: “oh itu istri ku sudah ngerti kok” , memang sih istrinya sudah ngerti tapi apa gak kasian ya sudah capek-capek melahirkan dan kita para istri masih harus mengingatkan dokter dan suster yang membantu persalinan perihal IMD ini? Dari situ saya sepenuhnya bersyukur, Alhamdulillah Insya Allah saya punya AFR sebagai pelindung saya nanti di masa persalinan. 

That’s how I’m proud of you my dear husband and soon daddy to be..