May 6, 2014

Susu Formula

Alhamdulillah, mulai dari pertama kali Omar menghirup udara dunia hingga detik ini saya masih mampu memberikan dia ASIX dan ASI, semoga akan terus begitu hingga adik-adiknya omar nanti.

sering denger cerita tentang penggunaan Sufor, mulai dari tetangga sebelah yang bilang anaknya lebih suka ASI daripada Sufor (lah, bukannya bagus ya bu jd gak perlu biaya untuk susu?)
Sampai Sufor yang dijadikan pelarian karena anaknya gak doyan makan, jadilah si anak itu sampai umur 3 tahun hanya mau minum sufor gak mau makan.
Dan barusan baca di group, ada tante yang cerita tentang keponakannya, setiap pup sembelit dan harus dibantu microlax, karena dari lahir sampai usia 2 tahun minum sufor.. tidak suka sayur&buah, plus jarang minum air putih.

Bukan, bukan saya anti Sufor.. tapi Sufor itu diciptakan bukan sebagai pengganti Asi ketika Asi masih mengalir keluar.
Sufor bukan solusi ketika anak susah makan,
Sufor juga tidak diciptakan untuk Ibu yang males nyusuin Baby nya..
Sufor pun bukan senjata ketika "Asi saya sedikit" / "Asi saya tidak keluar" padahal sudah jelas ketentuan tentang Asi di dalam Al-Qur'an.

Asi itu ada, dan berusahalah sekuat tenaga untuk memberikannya.
Dan kalaupun pada akhirnya harus menggunakan susu formula,
pergunakanlah dengan bijaksana dan tepat guna. Bukan semena-mena dan akhirnya merugikan si anak itu sendiri.

March 3, 2014

Peralatan MPASI Omar

Gambar dari sini
Waktu Omar masih umur 5 bulan-an, saya sudah heboh banget tuh ngelist apa saja yang mau dibeli untuk peralatan mpasi nya Omar nanti, rasanya excited banget anak udah mau mulai makan,  beberapa yang ada di list saya itu: 

-Hand Blender Phillips
-Food Tray nya Dr.Browns
-Fresh Food Feeder Clevaland
-Mangkok warna warni BPA Free
-Food Grinder
sampai bingung nyari-nyari high chair apa ya yang cocok di kantong.. hehhehe..
 

Alhamdulillah waktu lahiran kemarin ada yang sudah ngadoin slow cookernya Takahi *emang deh temen saya yang satu itu niat banget kalau sudah berurusan dengan bebayian* 



Slow Cooker Takahi


Tapi kenyataan berkata lain, pas Omar bener-bener mulai mpasi 6 bulan, gak ada satupun dari list di atas itu yang sudah saya realisasikan. Sedih? *lumayaann..*
cuma sc takahi aja yang langsung saya pakai untuk percobaan perdana bikin bubur berasnya Omar, setelah dipertimbangkan masak-masak, all of those items is too pricey alias nguras kantong!

Dan kenyataan sekarang: 


-Hand Blender Phillips? dapat pinjeman blender Oxone lengkap semua mata pisau dari salah satu bestiest saya Ibunya Kafka, *Alhamdulillah, untung minjem karena Omar cuma suka makanan blender sebentar banget! masuk minggu ketiga dia mulai request makanan kasar alhasil saringan lah yang jadi andalan* 


-Gak pakai food tray karena saya memutuskan gak nyetok kaldu, kalau mau bikin kaldu, ayam/dagingnya saya ambil sedikit langsung nyemplung bareng sama bahan lain ke dalam sc *jadi deh rasa kaldu* 


-Fresh Food Feeder? hasil ngobrol-ngobrol di group, ternyata maksud dari food finger adalah salah satu tujuannya agar anak kenal bentuk, tekstur dan bagaimana rasa memegang makanan asli, kalau dilapisin alat bagaimana mereka mau kenal? *karena itu gugurlah niat beli alat ini*


-Mangkok warna-warni BPA Free *lagi-lagi karena ngobrol, ternyata walau bagaimanapun yang namanya bahan plastik tetap rentan beda dengan keramik yang selain mudah dibersihkan dari lemak atau minyak juga lebih aman dari segi bahan, kecuali kalau pecah yee.. jadinya, pakai mangkok ibu aja yaa Omarrr.. Insya Allah kalau Omar sudah bisa makan sendiri, ibu belikan 1 deh buat latihan* 


-Food Grinder? sudah digantikan dengan saringan kawat biasa seharga 15ribu saja.
-High Chair? Lesehan wae lah.. atau kalau pas weekend dipangku ayah yaa..

Pada akhirnya Omar makan apa yang orangtuanya makan (with no gulgar for sure) begitupun dengan peralatannya, sama persis dengan yang orangtuanya pakai. 


Sehat terus ya nak.. Love, Ibu.

January 22, 2014

Mpasi, What to Start?

Alhamdulillah, 21 Januari kemarin Omar genap 180 hari, saatnya mulai Mpasi,  dari umur 4 bulan Ibunya sudah sibuk nanya sana-sini seputar Mpasi, akhirnya diputuskanlah Mpasi panduan WHO yang akan diterapkan ke Omar. Kenapa sih si ibu memilih panduan WHO? (ini semua mengutip dari files nya AIMI dan HHBF ya, keduanya closed group, kalau mau bergabung boleh langsung ke TKP nya di facebook)

Menurut panduan WHO  mulai usia enam bulan  bayi boleh diberikan menu karbo lengkap dengan sayuran dan protein nabati maupun hewani, pemberian MPASI mengikuti anjuran WHO sendiri sangat di dukung oleh AIMI ( Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia ) karena beberapa alasan, diantaranya:

PERTAMA, angka Anemia Defisiensi Besi (ADB), terutama untuk bayi antara usia 6-12 bulan itu sangat tinggi di Indonesia, yaitu lebih dari 40%. Sesuai rekomendasi WHO, negara-negara dengan angka ADB di atas 40% harus memiliki program nasional untuk pemberian zat besi, baik zat besi dalam makanan maupun zat besi dalam bentuk suplemen. Dan yang juga harus Anda ketahui, ADB bisa menyerang semua bayi, terlepas dari apapun latar belakang ekonominya dan seringkali ADB tidak menunjukkan tanda-tanda fisik yang jelas. Nah, sumber zat besi yang paling mudah diserap tubuh adalah yang berasal dari protein hewani. Itu kenapa, protein hewani dalam metode WHO disarankan dikenalkan sejak usia 6 bulan. 

KEDUA, bahwa angka bayi/balita stunting atau pendek di Indonesia sangat tinggi? Berdasarkan statistik UNICEF dan Kementerian Kesehatan, sepertiga bayi/balita di Indonesia (angka pastinya sekitar 35,6%) mengalami stunting atau bayi pendek. Saking tingginya angka ini, sampai-sampai lembaga internasional seperti UNICEF dan Uni Eropa tahun lalu membuat kerjasama khusus untuk membantu menekan angka stunting di Indonesia. Apa efek dari bayi stunting? Bayi/balita yang mengalami stunting memiliki potensi tumbuh kembang yang tidak sempurna, kemampuan motorik rendah, mempunyai produktivitas yang rendah dan memiliki risiko untuk menderita penyakit tidak menular. Kalau kita ambil data dari WHO, sepertiga anak Indonesia yang mengalami stunting itu, pada umur 5 bulan sudah kekurangan tinggi badan sekitar sekitar 7 cm. Dan pada umur 17 tahun dia sudah kehilangan hampir 14 cm. Rata-rata penyebab stunting adalah standar pemberian asupan yang kurang tepat, termasuk pemberian MPASI yang tidak memenuhi salah satu elemen penting pertumbuhan yaitu: protein. Tahukah Anda bahwa protein untuk bayi di bawah 1 tahun menyumbang 60-75% terhadap proses pertumbuhan? Jadi, tentu Anda paham apa sebabnya jika protein terlambat diberikan. Berdasarkan fakta-fakta di lapangan inilah maka AIMI mensupport pemerintah untuk mengedukASI pemberian MPASI dengan metode WHO. Karena salah satu cara untuk memperbaiki angka-angka statistik di atas adalah dengan fokus pada edukASI pemberian asupan yang benar dalam 1000 hari pertama kehidupan anak sesuai program pemerintah “Gerakan Nasional Sadar Gizi” . Apa saja di dalamnya? Di dalamnya berarti pemberian ASI hingga dua tahun dan pemberian MPASI yang benar.

Berbekal pengetahuan diatas, eksekusi hari pertama langsung dimulai dengan perkenalan serealia, emaknya sengaja cuti biar jadi orang pertama yang masak untuk omar sekaligus nyuapin makanan pertamanya dia *horeee…*

Bubur nasi menjadi pilihan pertama, masaknya gampang banget tinggal masukin beras ke dalam slow cooker takahi, isi air +/- setengah badan sc, colok, tinggal semaleman besok pagi jadi deh.. *solusi praktis buat ibu yang minim waktu (dan pemalas macam saya)*, biar buburnya wangi saya masukin daun salam, sorenya masuk pure buah, selama 2 hari berturut-turut aturan makannya seperti ini, pagi sereal, sore buah atau sayur, berhubung WHO tidak mengenal sistem 4 days rule, jadilah tiap hari makanannya Omar ganti.

Dan masalah pun muncul, 2 hari pertama Mpasi omar gak pup! Padahal idealnya ketika bayi sudah mulai makan, berarti dia harus pup setiap hari, sebagai indikasi makanan yang dicerna terserap sempurna dan sistem pencernaan bekerja dengan baik.  Mulai lah emaknya deg-deg an, apalagi dapat laporan dari sang uti kalau hari ketiga Mpasi, omar mulai pup tapi butuh usaha ekstra untuk ngedennya, keringetan, muka merah, gak tega banget deh si uti ngeliatnya. Alhamdulillah dapet info dari emaknya Oliv alias Mama Ira, ”coba pure pear put!!” * dan malem-malem sehabis pulang ngantor langsung cus melipir dulu kita ke supermarket(susah nyari pasar yang buka malem deket rumah) buat beli pear doang, setelah masuk pear mulai deh pup nya omar lancar jayaaaa, pup tiap hari sehari 2-3x. Ternyata setelah saya bertanya-tanya di group juga (dasar emak-emak groupies) kesalahan saya adalah walaupun saya mengenalkan serealia ke Omar, tetapi yang saya pakai adalah beras organic, tetep saja kandungan seratnya jauh lebih tinggi dari beras biasa, serat memang bagus untuk pencernaan Orang Dewasa, tetapi tidak berlaku untuk bayi, bayi yang terlalu banyak serat justru memicu sembelit, jadi yang ideal memang asupan gizi seimbang.

Bagan Panduan Gizi Seimbang


Selama 2 minggu perkenalan menu tunggal, semua jenis serealia Insya ALLAH sudah masuk ke dalam perutnya omar, beras organik, beras biasa, ubi madu, ubi kuning, ubi ungu, singkong, kabocha, wortel, brokoli, jagung, banyak laahh.. sayur, buah yang umum-umum sudah dikenalin semua.
Masuk minggu ketiga, saatnya bereksperimen dengan protein hewani, saya pilih Ikan patin! Menu pertamanya, bubur beras mix Kabocha, brokoli, patin. Alhamdulillah suka, semenjak saat itu hampir semua makanan sudah masuk ke dalam perutnya Omar, sekalipun ada reaksi alergi gak perlu menunggu waktu yang terlalu lama, kurang dari 24 jam sudah terlihat reaksinya, seperti ketika saya pertama kali memberikan dia telur puyuh, gak lama langsung ruam bokongnya. Awalnya saya pikir ini karena clodi nya saya cuci dengan detergen biasa, bukan ultraco seperti yang seharusnya, tetapi setelah saya inget-inget apa mungkin karena Omar belum siap dengan telur puyuh ya? Saya coba stop telur puyuh keesokan harinya, dan tetap mencuci clodi dengan detergen biasa, Alhamdulillah hilang ruam popoknya Omar.

Saya bukan type ibu yang rajin mencatat makanan apa saja yang sudah Omar makan, pun tidak mencatat reaksi tertentu pada makanan-makanannya Omar, dari kami berdua (saya dan ayahnya) memang tidak ada riwayat alergi makanan, makanya saya pede saja memberikan Omar makanan apapun selama itu sehat dan bebas dari bahan pengawet.

Salah satu alasan saya memilih metode WHO pun karena dengan menggunakan metode WHO, bayi mengkonsumsi apa yang keluarga lain makan,  bukan memasak secara khusus, jika hari ini saya memasak sayur sop, Omar pun akan makan sayur sop, tinggal gula dan garamnya saja yang saya hilangkan, gak ada istilahnya membuat mpasi itu repot dan butuh keahlian khusus, tinggal sesuaikan teksturnya saja kok. Kalau ada yang Tanya, “berarti kalau keluarga makan makanan gak sehat, bayinya ikutan juga dong?” justru dari metode WHO inilah saya jadi ikutan belajar, bahwa yang membutuhkan makanan sehat bukan hanya Omar saja, tetapi juga saya dan Ayahnya, yang harus rutin mengkonsumsi buah bukan Cuma Omar, tapi orangtuanya pun juga harus rutin kan? Dari metode WHO ini juga harapannya saya bisa mengajarkan Omar untuk makan apapun yang ada di tukang sayur, jangan karena dia bayi lantas saya memberikan dia tuna sementara emak dan bapaknya “hanya” mengkonsumsi lele, Omar pun harus ikutan makan lele lah.

Alasan lain saya memilih panduan WHO adalah saya gak perlu menyediakan budget khusus untuk menu makanannya Omar, sudah banyak dijelaskan kan ya di paragrap-paragrap diatas sana, kalau WHO itu disesuaikan dengan konsumsi makanan keluarga sehari-hari, jadi saya gak perlu melakukan pemisahan atau penambahan budget untuk makanannya Omar, lebih hemat kan? Kok kesannya saya jadi ibu pelit banget sih? Bukan, saya sih gak pelit tapi saya hanya berusaha memberi informasi sesuatu yang saya pahami bahwa “Anak sehat bukan berarti makanan harus mahal”, gak perlu beli di supermarket kok, apalagi supermarket import, tongkrongin saja tukang sayur subuh-subuh, Insya Allah dapet deh menu gizi seimbang untuk sekeluarga. 