January 24, 2012

Mengapa Jepang?


Selasa,24 Jan 2012, satu hari setelah long weekend, otak lumayan penuh, *sama hal-hal diluar kerjaan maksudnya* jadi ada baiknya kalau kita tumpahin sebagian di blog aja yuukk.. *anggaplah blog saya ini tempat sampah*
Mengapa Jepang? Secara teknis sih saya gak akan bahas tentang negara atau politik atau yang berat-beratlah, saya sedang tertarik mengamati *gak mengamati juga sih* hmpp.. apa ya? Oh.. sedang tertarik membaca segala sesuatu yang berhubungan dengan industry hiburan, pasar, dan loyalitas konsumen di Jepang. *sounds familiar?* yap! Ini ranahnya marketing banget emang.
Lagi, Mengapa Jepang?
Jepang adalah salah satu Negara pionir dari sisi ekonomi di Benua Asia, sudah banyak perusahaan-perusahaan raksasa yang menguasai perekonomian dunia, sebut saja Mitsubishi, Toyota, Sony, etc. tidak heran banyak Negara yang ingin melakukan ekspansi dan menjalin kerjasama dengan Negara Jepang, salah satunya Apple yang melakukan bebagai strategi untuk bisa memasuki pasar Jepang. Begitupun dari sisi Entertainment, ada anggapan seorang artis dapat dikatakan sukses memasuki pasar Asia adalah apabila si artis tersebut mendapatkan apresiasi yang baik di Negara Jepang. Kalau diperhatikan baik-baik, ketika seorang penyanyi atau musisi eropa melakukan world tour salah satu tujuan utama mereka di Benua Asia adalah TOKYO.
Yang paling terlihat jelas EFFORT nya dalam memasuki pasar Jepang adalah Industri Hiburan Korea, buat yang suka mengamati pasar Entertainment wilayah Asia Timur, kebanyakan sudah paham ketika artis-artis China, Korea, Taiwan mereka selain membangun karir di Negara sendiri juga berusaha membangun karir di Jepang. Industri Hiburan Jepang sendiri, jika dibanding dengan industry hiburan beberapa Negara di Asia, telah berhasil menarik minat pasar eropa. Istilahnya, mereka telah sukses membangun pasar industry hiburan jepang di Eropa walaupun belum dalam scoop yang luas. Saya sempat menulis beberapa twit, tentang apresiasi pasar Eropa yang sedikit lebih baik dalam menerima perbedaan bahasa dan budaya daripada pasar Amerika. Begitu pun dari sisi Mainstream kedua benua tersebut dalam menyikapi suatu “perbedaan”.
Yang menarik disini adalah Mengapa Pasar Jepang yang menjadi incaran utama? Apakah karena kekuatan ekonomi mereka? Atau ada hal lain yang sebenarnya jauh lebih penting?
Pasar Jepang, pasar di Jepang sekarang ini sudah terpusat pada kesadaran konsumen terhadap HARGA dan NILAI BARANG. Saya pernah menulis status di Facebook, sebuah intermodulation photobook dapat dijual seharga 10000¥ dan itu termasuk murah, apabila dilihat dari kualitas photobook dan fotografer yang dipakai adalah salah satu fotografer terkenal di Jepang. Yang perlu diperhatikan adalah Apakah Kualitas Bahan Baku Produk Anda tersebut sudah memenuhi persyaratan di Jepang atau belum? Karena Jepang terkenal dengan loyalitas mereka terhadap “Made In Japan” maka slogan itu dapat menjadi penghalang apabila suatu produk ingin memasuki pasar jepang, jika tidak didukung oleh kualitas bahan baku yang telah memenuhi syarat. Berapapun harga yang ditetapkan apabila telah ditunjang oleh bahan baku yang telah memenuhi persyaratan, dan pasar dapat menerima itu, maka barang tersebut akan dapat bertahan di Pasar.
Pemutusan Kontrak kerja jarang terjadi di Jepang, kalau dilihat dari system kontrak kerja di dunia hiburan, di Korea Selatan seorang artis sebelum dia berdiri diatas panggung hiburan, dia harus menjalani masa training kurang lebih sekitar 5 tahun, dimulai dari mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Mereka akan belajar tehnik vocal, tehnik menari, tehnik acting, cara berpakaian, table manner, how to pose in front of camera, pelatihan bahasa asing, hingga materi pelajaran. Tidak heran Korea Selatan terkenal dengan system “Kontrak Budak” atau bisa dibilang, kontrak untuk waktu yang sangat lama dan segala hal yang dilakukan oleh artis tersebut harus sesuai dengan keinginan perusahaan. Mereka jarang memiliki kebebasan untuk menentukan keinginan mereka sendiri, dan perusahaan benar-benar ketat terhadap kelakuan dan tindak-tanduk artis-artis mereka. *kalau ada yang bilang, Artis Korea itu rata-rata “seragam” semua.. ya karena memang pola kerja industry hiburan di Korea rata-rata seperti itu* dan regenerasi mereka relative cepat, ketika seorang artis telah selesai masa kontraknya dan dia lepas dari perusahaan yang membesarkannya akan susah bagi artis tersebut untuk pindah atau bergabung dengan perusahaan entertainment lain. Apalagi Korea Selatan masih menjalankan Military Service bagi Warga Negara Pria mereka yang berusia 20-30 tahun, itu bukan hal yang mudah ketika mereka harus masuk wajib militer, hilang dari peredaran kamera selama 2 tahun tetapi masih harus mempertahankan eksistensi diantara banyaknya pesaing-pesaing baru.
Lain lagi dengan Amerika, mereka tidak mengontrak artis ketika artis itu belum “Matang”, Mickey Mouse Club adalah lembaga bagi para remaja amerika untuk mengembangkan bakat entertainment mereka tetapi bukan sebagai Media untuk “menjual” bakat-bakat tersebut. Tidak heran artis Amerika mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain ketika mereka sudah tidak cocok atau mencari tantangan yang baru dan hubungan kerja mereka murni hubungan bisnis, tidak ada tanggung jawab atau rasa “sungkan” karena telah membantu seorang Artis dalam menemukan bakatnya.
Sementara di Jepang, pemutusan kontrak kerja jarang terjadi di Industri Musik Jepang, seorang artis dapat memulai karir pada tahun 1991 dan mereka masih akan kuat sampai 20 tahun kedepan, dan akan dikenal sebagai salah satu artis paling popular di Jepang. Jepang percaya, bahwa modal utama untuk memiliki karir yang panjang dalam suatu Indsutri Hiburan adalah kondisi yang adil dan wajar dari suatu kontrak kerja. Apabila di Korea Selatan kontrak mereka bisa berlangsung dari 5-15 tahun, di Jepang hanya mengenal 1-2 tahun Kontrak. Agensi Jepang memanfaatkan system berbasis off insentif pribadi, yaitu apabila seorang penyanyi/grup mencapai popularitas dan memperoleh keuntungan yang solid selama kontrak mereka, maka dapat dijamin bahwa artis itu akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi lagi untuk tahun kontrak berikutnya. Bisa dibilang, Industri Hiburan di Jepang lebih manusiawi terhadap artis-artis mereka. Maka tidak heran, kalau banyak artis dari Negara-negara asia yang menginginkan kontrak kerjasama dengan perusahaan hiburan di Jepang karena cara kerja mereka yang professional dan tahu bagaimana cara menghargai suatu bakat.
Loyalitas Konsumen, Konsumen di Jepang terkenal sangat tinggi tingkat loyalitasnya terhadap suatu produk atau ketika mereka menyukai suatu artis tertentu rasa suka itu akan berlangsung sangat lama dan didukung oleh rasa apresiasi yang sangat tinggi terhadap karya-karyanya. Sudah bukan rahasia lagi, Jepang sangat anti terhadap pembajakan, dan menurut cerita salah satu teman yang tinggal disana. Seorang masyarakat jepang apabila mereka menyukai salah satu artis, dan ketika si artis itu mengeluarkan 1(satu) album walaupun album itu hanya berisi 2/3 lagu dan dijual seharga 20US$, mereka akan membeli minimal 3 (tiga) album tersebut, dengan asumsi, 1 album akan mereka dengarkan sehari-hari, 1 album akan mereka pinjamkan apabila ada yang ingin meminjam, dan 1 lagi akan mereka simpan sebagai koleksi dengan segel yang masih terpasang. DAN sudah bukan rahasia lagi, bahwa ketika seorang artis mengeluarkan satu album original tidak berapa lama mereka akan mengeluarkan album repackage dengan materi lagu yang sama, dan akan mengeluarkan album remix dengan lagu yang sama juga, dan akan mengeluarkan album lagi dengan cover atau photo yang berbeda tetapi masih dengan lagu yang sama. Jadi bisa dibayangkan berapa keuntungan yang didapat dari 1 buah album yang telah dikeluarkan dalam beberapa kemasan yang berbeda dengan tingkat loyalitas konsumen yang setinggi itu. Pemborosan? Bagi orang pemasaran ini dianggap salah satu langkah dalam pemuasan kebutuhan, selama masih ada permintaan pasar, maka penawaran seperti ini akan tetap dilakukan. Dengan tingkat loyalitas yang seperti ini, siapa yang tidak tergiur untuk menguasai pasar Jepang?
Ketika loyalitas sudah terbangun dengan baik, maka hal selanjutnya yang diperhatikan adalah “Pride” atau “Kebanggaan” , bayangkan rasanya menjadi seorang entertainer di Negara orang dan mampu menguasai pasar hiburan di Negara tersebut, apalagi Negara ini merupakan Negara terkuat di Asia dengan system “Made in Japan” nya yang sangat kental. Yang muncul adalah rasa Bangga, atau diakui. Itulah yang dirasakan artis-artis ketika mampu memasuki tangga lagu ORICON CHART , Oricon adalah grup perusahaan jepang yang bergerak di bidang layanan informasi music, termasuk tangga lagu dan tangga album. Serupa dengan Billboard Amerika Serikat. Oricon merupakan singkatan dari “Original Confidence”, Oricon Chart mulai diterbitkan secara resmi tanggal 4 Januari 1968. Dengan system pengumpulan data yang digunakan adalah data mingguan selama 7 hari, data yang dikumpulkan adalah ANGKA PENJUALAN CD, DVD, dan BUKU. Data tahunan, dimulai dari minggu ke 1 Bulan Desember hingga minggu ke 3 Bulan Desember tahun berikutnya (1 tahun, 1 bulan). Data Penjualan dikumpulkan langsung melalui system Point of Sales dari sejumlah toko yang telah ditentukan. Kebanyakan hanya penyanyi Jepang saja yang berhasil menduduki peringkat pertama, dan untuk penyanyi luar Bon Jovi pernah berhasil memasuki chart Oricon ini, dan ketika Hallyu mulai melakukan ekspansinya terhadap Industri music Jepang, DBSK dan BoA adalah salah satu artis Korea langganan Chart Oricon, hampir setiap album yang mereka keluarkan berhasil menduduki posisi di Oricon Chart ini.
Diantara sekian banyak keuntungan yang didapat dari Pasar Jepang, apakah semudah itu memasukinya?
Jawabannya: TIDAK! Mereka bukan pasar yang mudah dimasuki, walaupun Negara lain menganggap suatu artis itu popular tetapi apabila Masyarakat Jepang menganggap produk yang dijual oleh artis tersebut tidak sesuai dengan standart mereka, akan sulit bagi artis tersebut untuk masuk. Ketika seorang artis ingin memasuki pasar Jepang, mereka harus memulai segala sesuatunya dari 0 (nol) di Jepang. Mereka harus belajar tata bahasanya, adat istiadatnya, pola pikir masyarakatnya, hingga cara-cara hidup mereka sehingga masyarakat jepang akan menganggap bahwa artis tersebut adalah bagian dari hidup mereka. Ini langkah yang dilakukan apabila ingin bertahan lama di Pasar Jepang, bukan semata-mata hanya mengeluarkan lagu remake bahasa Jepang.
Hal ini terlihat dari pendekatan-pendekatan special yang dilakukan oleh beberapa entertainer ketika mereka melakukan promosi di Jepang. Banyak Negara Asia yang menganggap bahwa Jepang adalah Negara yang masih mendominasi politik dan ekonomi Asia, bahkan hingga hari ini China dan Korea masih memandang Jepang sebagai Negara yang mampu mengintimidasi mereka tidak hanya dari sisi Industri hiburan saja. *padahal kalau kita lihat, Pasar Korea dan China berkembang sangat pesat sekarang ini*.
Pada akhirnya, kita harus mengakui Masyarakat Jepang memiliki rasa menghargai yang sangat tinggi terhadap karya seseorang. Seumpama saya adalah seorang artis, hal yang paling membanggakan bagi saya adalah ketika orang mau bersusah payah membeli karya original saya dan karya itu dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama, bukan hanya sebuah kenikmatan sesaat saja. Itulah yang telah dilakukan oleh pasar Jepang.. 

Source: Oricon Chart via wikipedia

No comments:

Post a Comment