Sebenernya bukan gak ada bahan, tapi memang akhir-akhir ini waktu saya habis buat mantengin Variety Show Korea. Bisa dibilang gak produktif juga sih, selain itu masih kurang sreg nih sama tampilan blog yang sekarang, jadi males liatnya.. *yeah, I’m display person. Gampang banget dipengaruhi sama kemasan.
Anyway.. I’m trying to be more productive this month. Bismillaaah….
Untuk postingan yang pertama di Bulan Desember ini, mau mengangkat topic seputar Media Sosial. Yup! Harus kita akui, sekarang ini peran media social besar banget pengaruhnya di kehidupan kita. Tapi masih banyak juga loh, orang yang gak paham apa sih sebenernya Media Sosial itu??
Berdasarkan keterangan di Wikipedia, Media Sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring social, wiki, forum, atau dunia virtual. Andreas Kaplan dan Michael Haenkein mendefinisikan media social sebagai:
“Sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun diatas dasar ideology dan teknologi web 2.0, dan yang memungkinkan peciptaan dan pertukaran user-generated content”
Sementara Jejaring social merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring social terbesar antara lain Facebook. Myspace, Twitter. Media social mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan mbemberi kontribusi dan feedvack secara terbuka, member komentar, serta membagi Informasi dalam waktu yang cepat dan terbatas.
Nahh… berdasarkan penjelasan dari Wikipedia diatas, yang jadi pertanyaan sekarang adalah “Sudahkah kita sebagai Masyarakat pengguna Media social memanfaatkan media tersebut dengan baik?”
Pernah baca tulisan di beberapa blog, tentang complain terhadap orang-orang yang terkadang terlalu “over” di situsnya masing-masing, ya emang sih itu hak mereka, karena itu adalah situs pribadi mereka. Tapi kadang mereka suka lupa, kalau mereka itu adalah salah satu bagian dari masyarakat virtual. Sekalipun itu Virtual, yang namanya “masyarakat” pasti akan ada norma-norma yang secara tidak sadar akan terbentuk dan berlaku secara umum. Pernah kan liat di Infotainment yang mengangkat berita tentang artis yang bertengkar dengan kekasihnya di Twitter (terkenal juga dengan istilah twitwar untuk orang-orang yang bertengkar via twitter) , sampai menggunakan kata-kata yang sebenarnya sama sekali tidak pantas untuk dikeluarkan di media manapun, pernah ada juga kasus dimana salah seorang anak SMA Swasta mencela status SMA Negeri, sehingga menimbulkan kesenjangan sampai dibahas di Radio. Terkesan sepele, tapi ya memang seperti itu efek dari suatu Media.
Sekarang ini yang sedang marak adalah, metode menyampaikan Doa via Jejaring social, saya lupa blog siapa yang waktu itu saya baca, tapi dalam blog itu si penulis menjelaskan tentang adab-adab berdoa dimana dia beranggapan bahwa berdoa di jejaring social itu bukanlah suatu hal yang lumrah. Akan ada banyak pendapat pastinya tentang hal-hal seperti ini, pantas atau tidak pantas, sah atau tidak sah. Berdoa sendiri itu adalah suatu media, media komunikasi kita secara langsung kepada Sang Pencipta. Saya sendiri setuju, kalau berdoa itu ada aturan-aturan dan adab-adabnya, tapi saya paling suka dengan cara berdoa salah satu ustadz yang saya follow di Twitter, dia tidak menyebutkan secara spesifik apa isi doanya, tapi dia mengajak orang-orang yang melihat atau membaca doa tersebut, untuk ikut mendoakan atau meng-Amin-I..
Ada juga orang yang tidak suka ketika orang lain melihat, atau ikut campur ketika dia meng-update suatu status. Yah, saya sih Cuma bisa bilang, itu salah satu resiko dalam menggunakan media social. Kalau memang tidak suka statusnya dibaca atau dikomentari orang lain, ya jangan menulis disitu, kalaupun memang itu pembicaraan pribadi sebaiknya gunakanlah forum pribadi, atau dibuat private saja account-nya. Ini juga nih, yang saya ngerasa lucu.. di salah satu account saya, ada temen yang baru jadian, setiap kata-kata dari pasangannya di posting ulang sama dia di account nya. Dan iseng-iseng saya sindir *gak iseng juga sih, memang sengaja. Siapa juga gitu kan yang mau liat orang pacaran di tempat umum. Dan kayaknya temen saya itu ngerasa, dan saya dihapus dari list temennya dia. Saya Cuma khawatir itu hanya euphoria sesaat, dan biasanya ketika orang mudah mengumbar masa-masa “bahagia” , mereka juga akan muda untuk mengumbar masa-masa “sedih” mereka. *paham kan?
Itu yang masih pacaran, ada lagi yang sudah jadi suami-istri dan waktu awal-awal menikah, mereka selalu update tentang kehidupan pernikahan termasuk tentang ukuran tempat tidurnya, dan seperti apa suaminya ketika di toilet. *For God Sake, ada banyak hal untuk mengekspresikan kebahagian suatu pernikahan, tapi saya yakin banget bukan seperti itu caranya.
Saya yakin kok, di semua media social manapun syaratnya akan sama. Salah satunya Sudah cukup umur, untuk tahu hal-hal yang baik untuk dipublikasikan dan untuk konsumsi pribadi. Jangan sampai image anda rusak hanya karena status-status anda di Media social. *salah satu cara untuk introspeksi diri sendiri juga ya put, jangan sampai kata-kata balik ke diri sendiri*
Kebebasan berekspresi seharusnya membuat kita lebih menyadari bahwa kita memerlukan orang lain untuk saling melengkapi kekurangan kita masing-masing. Ketika kita menyadari tentang kekurangan kita, kita akan lebih tertantang untuk menjadi orang yang lebih kreatif dengan membuat konten-konten yang bermanfaat untuk banyak orang. Dengan adanya kebebasan berkespresi juga, kita bisa saling bertukar pikiran dan menemukan solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada, jangan malah menjadi apatis dan tidak terima ketika menerima suatu kritik atau komentar dari siapapun *well, its global user. Everyone can shout* Saling menyadarkan dan mengawasi adalah cara paling baik dalam menjalin suatu hubungan melalui media social.
Alat media social yang digunakan di Indonesia, rata-rata diadaptasi dari Amerika. Indonesia merupakan salah satu pengguna terbedar Facebook dan Twitter, agak sedih juga sih dengernya. Karena sepertinya kita cenderung sebagai pihak “Konsumen” bukan pihak “Produsen”..
Di beberapa Negara Asia sendiri, jauh sebelum Facebook atau twitter terbentuk, mereka telah memiliki jejaring social sendiri yang digunakan oleh hampir seluruh penduduk di Negara itu, sebut saja Weibo di China dan Cyworld Minihompy di Korea. Indonesia sendiri sebenarnya punya Kaskus, tapi entahlah special untuk Indonesia tetap saja produk asing yang jadi juaranya.
Saya mau mencoba sedikit mengupas tentang Cyworld Minihompy, Cyworld Minihompy adalah jejaring social aseli buatan Korea Selatan yang diluncurkan pada tahun 1999, jauh sebelum Facebook dan Friendster terbentuk, Cyworld Minihompy telah banyak digunakan oleh masyarakat korea termasuk public figure untuk berhubungan dengan lingkungan mereka, agak sulit untuk orang diluar Korea membuat account di jaringan Cyworld Minihompy ini, mereka butuh verifikasi kode passport dan butuh waktu lebih dari sehari untuk mengaktifkannya.
Sekarang ini Cyworld Minihompy sudah menggunakan beberapa bahasa dunia termasuk Inggris. Setelah sebelumnya mereka hanya menggunakan Bahasa Korea. Minihompy tampil dalam bentuk kamar mini 3D, sehingga si pengguna seolah-olah terlihat seperti tinggal dan berinteraksi dalam bentuk avatar atau mini-me. *pengennn punyaaaa… tapi susah sign up nya.. * avatar ini sebagai perwakilan dari si pengguna Cyworld dalam dunia virtual yang bisa dibangun sesuai kepribadian dan keinginan masing-masing. Hal yang paling penting dalam Minihompy ini adalah, mereka harus mendesign kamar mereka seatraktif mungkin, karena kamar itulah yang akan digunakan untuk menerima tamu-tamu yang mau berkunjung ke account pengguna.
Untuk beberapa orang yang melihat tampilan Minihompy ini rata-rata akan beranggapan, sok imut, dan terlalu “Korea” apalagi fitur ini hanya bisa digunakan oleh HP Samsung yang Notabene produk Korea, menurut saya sih dari kacamata pemasaran hal ini cerdas, buatlah suatu produk yang menarik dan mewakil budaya suatu Negara, dan pakailah tools asli buatan Negara itu, sehingga ketika orang dari Negara lain ingin menggunakan atau berpartisipasi, mau tidak mau dia harus membeli “sepaket”. Cerdas kan?? Sama saja kayak Apple, buatlah iTunes, tapi pastiin hanya dari Produk Apple sajalah aplikasi itu bisa digunakan secara maksimal, dan pastiin juga semua artis memiliki situs resmi iTunes. Uang datang dengan sendirinya.. jelas kuncinya satu, produk tersebut harus benar-benar unggul. ^^
Saya yakin, tahun-tahun kedepan Industri “Media Sosial” akan menjadi ranah mencari uang yang paling mudah dan paling popular dibanding industry-industry yang lain.. just prepare yourself, and be smart.
Source: Wikipedia, Blognya Om Jay *makasih ya om*, KBSWorld.
No comments:
Post a Comment