September 29, 2011

What is the Main Function of Smartphone?


Heheehe… canggih ya judul posting yang ini, seolah-olah saya pakar banget gitu dalam hal gadget, macam Roy Suryo lah.. :p padahal aslinya mah pakai gadget tuh paling Cuma sebatas buat nelpon, SMS, iseng-iseng online, MP3, sama cameranya deh. Gak pernah tuh kepikiran menggunakan gadget buat cek email atau kerjaan, emang sih sekarang pakai HP  yang ada OS *Operation System* nya, tapi ,masih belum yang canggih macam OS RIM BlackBerry, Android, iPhone OS, atau Windows Mobile gitu, masih OS Symbian yang lama lah.


Makanya agak-agak gak paham juga kalo ada orang yang nyeletuk, “eh, BB Dakota udah keluar nih, OS nya udah level 7!” * eh, level 7 bukan ya? Apa masih level 6? saya mah ngertinya yang pakai level itu kalo gak les bahasa, nge-Game sama Ma’icih deh, tapi dipikir-pikir ma’icih aja pakai level, masa hal canggih macam OS tidak pakai level??

Sebenernya kenapa sih alat komunikasi sekarang ini dikasih Operation System?? Mungkin karena tuntutan pasar juga kali ya, makin banyak yang membutuhkan benda-benda canggih untuk menunjang kebutuhan hidup mereka, entah itu kehidupan social, maupun kehidupan kerjaan. Nah Handphone-handphone yamg dilengkapi dengan Operation System ini lebih terkenal dengan sebutan Smartphone. Sebenarnya apa sih definisi Smartphone itu??

Smartphone (telepon pintar) adalah telepon gengam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai computer. Belum ada standart tertentu yang menentukan definisi telepon pintar, bagi beberapa orang telepon pintar merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh piranti lunak system operasi yang menyediakan hubungan standart dan mendasar bagi pengembang aplikasi. Dengan kata lain telepon pintar merupakan computer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah telepon.  “Telepon Pintar dapat dibedakan dengan telepon genggam biasa dengan dua cara fundamental: bagaimana mereka dibuat dan apa yang mereka bisa lakukan.” Menurut David Wood, Wakil Presiden Eksekutif PT. Symbian OS.


Mengacu kepada penjelasan diatas, bisa dikatakan bahwa smartphone itu diperuntukan oleh orang-orang yang memang hidupnya tidak bisa terlepas dari teknologi dan wajib mobile. Kenapa saya bilang seperti itu? Simpelnya gini, telepon pintar itu kan bisa dibilang sebagai semacam computer kecil ya, dia bisa nampung banyak hal sekaligus di dalamnya, mulai dari ratusan phonebook, agenda yang tersinkronisasi, ebook, shortcut email, layar sentuh, tombol qwerty, etc. *how cool is that?? ;) dan bisa kita pakai sambil jalan-jalan (mobile) gak perlu stuck di suatu tempat kayak computer.

Saya pun menyadari banyak banget manfaat yang bisa diambil dari sebuah smartphone, bisa download lagu-lagu kesukaan, bisa taking picture anytime I want tanpa terkesan lebai *kalo pakai digicam kan keliatan banget gitu ya.. ;p apalagi SLR.. hehehhe* tapi kadang suka bingung juga saya sama orang yang sampai pakai dua smartpone sekaligus, emang sih mereka mampu untuk membeli barang-barang itu, contoh nih ya.. saya punya sepupu, dia pakai SM BB terus dia punya iPhone juga, iseng-iseng saya Tanya,
P: “itu kenapa sampai ada dua-dua gitu dek?”
dia jawab: “oh, kalau yang BB buat BBM an mbak, kalau yang iPhone biasanya buat dengerin music atau ngenet waktu ada wifi”
saya Tanya lagi “emang, BB nya gak ada wifi ya?”
dijawab: “hampir semua BB ada wifinya mbak.. *sambil ketawa*
nah makin bingung deh saya,
akhirnya terlontar lah pertanyaan lagi: “kenapa gak wifi an pake BB aja dek? Kan enak gratis.. “
dia menjawab dengan santainya: “lebih bagus tampilan iPhone mbak daripada BB untuk kualitas gambarnya..”
kembali saya Tanya; “iPhone itu bisa twitter, FB, YM an, juga gak sih dek?”
dia makin ngakak!!! *malu saya*
dan ngejawab : “ya bisalah mbak.. secara produknya Apple gitu!”
my last Question: “wah berarti networking kamu banyak banget dong ya, sampe perlu BB dan iPhone juga, pasti di tiap contact beda-beda kan ya namanya??”
JAWABANNYA: “gak kok mbak, contactnya sama, aku juga YM sama BBM annya sama temen-temenku aja.”
Saya: hening….

Jujur, im not gadget maniac. Jadi agak gak paham dengan pola pikir seperti itu, bukankah itu salah satu bentuk kemubaziran ya?? Nah, kemarin itu juga *udah beberapa minggu yang lalu sih” saya sempet ngikutin beberapa twittalk yang ngebahas: 

penting atau gak sih seorang anak dikasih smartphone?
 
Cerita sedikit ya, waktu saya ke Plaza Semanggi kalo gak salah tanggal 11 September 2011, saya sama adik saya memutuskan untuk makan siang di Solaria, ngerti kan padatnya Solaria jam makan siang itu kayak gimana, Alhamdulillah dapat kursi, pas di pojokan, di belakang kursi yang kita dudukin itu ada sepasang anak sama bapaknya, biasa banget kan ya ngeliat anak sama bapak makan siang berdua di Mall, yang membuat saya kaget adalah
*jadi ketika bapaknya pesan makanan baru tampak keseluruhan kondisi si anak itu*
dia lagi asik main sama iPad, tebakan saya umur anak itu sekitar 4 tahun an emang sih Cuma ngegame biasa, terus tiba-tiba makanan yang mereka pesan itu datang. 
Pikiran saya, *pasti bapaknya nyuruh anaknya berhenti nih untuk makan dulu, gak mungkin lah ada orangtua yang ngebiarin anaknya makan sambil ngegame*   
TERNYATA pikiran saya salah saudara-saudara, si anak itu gak berpaling dari iPadnya dan malah si bapak yang nyuapin anaknya sementara mata si anak tetap menatap ke layar. 
Kadang saya mikir, dia baru umur 4TAHUN, tapi orangtua nya sudah mengajarkan dia untuk tidak menghargai lingkungan sekitarnya, kenapa saya bilang seperti itu?

1. Anak itu tidak bilang terimakasih terhadap orang yang sudah mengantarkan makanan ke dia.
2. Anak itu tidak menghargai makanan yang ada di depannya.
3.Anak itu tidak menyadari makanan apa yang telah masuk ke mulutnya. *untung bapaknya yang nyuapin*. 
Jadi sepertinya gak salah juga kalau sekarang ini banyak orang dewasa yang “kurang peka” sama lingkungan sekitarnya,
“nabrak orang di trotoar gak minta maaf karena asik nunduk ke arah gadgetnya”, 
“diklaksonin di jalan karena mobilnya terlalu lama padahal dia lagi di jalur cepat karena asik telpon atau mainan gadgetnya”, 
“gak keluar kamar dan berinteraksi sama orang rumah karena asik mainin gadgetnya”, 
”lebih gampang ngomong lewat gadget daripada waktu interaksi langsung”,  
bahkan banyak pasangan suami-istri yang justru lebih terlihat hangat ke gadgetnya daripada ke pasangannya, sering loh saya liat ada pasangan gitu makan berdua di resto, tapi masing-masing dari mereka asik nunduk sambil mainan gadgetnya 
*kadang saya juga gitu sih, tapi Insya Allah masih tetap sadar sama lelaki ganteng di sebelah saya.. hehehhee *suami.red*

Anak-anak dan remaja saat ini merupakan golongan masyarakat yang digital native, kata bapak Kahardityo, seorang peneliti dari Pusat Kajian Sosiologi FISIPOL UI, para digital native ini adalah penduduk asli di dunia digital. *lucu ya.. orang mah penduduk asli Indonesia gitu, ini dunia digital.. ;p* 
mereka itu adalah orang-orang yang lahir dan tumbuh di era digital yang menjadikan mereka memiliki cara berpikir, berbicara dan bertindak, berbeda dengan generasi sebelumnya yang diibaratkan sebagai digital immigrant. *I’m not talking much about this, belum cari-cari referen soalnya.

Gak ada yang menyangkal anak-anak sekarang pinternya ampun-ampunan! Gimana gak mau pinter, waktu mereka gak ngerti suatu hal tinggal googling, bener-bener gak ada batasan untuk mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan. Tapi satu hal yang pasti perlu dikhawatirkan adalah Generasi ini cenderung tidak memiliki Kecerdasan Sosial. *how bad is that.. *
Ibu Mayke S.Tedjasaputra, pengajar senior di Fak. Psikologi UI bilang “seorang anak memerlukan suatu persentuhan dengan obyek nyata”  
* dulu saya inget banget waktu pelajaran Bilologi kelas IV SD, saya disuruh sama guru saya untuk mencari bunga Sepatu, bunga sepatu itu salah satu bunga yang paling sempurna karena dia memiliki struktur bunga yang lengkap macam benang sari, putik, kelopak, mahkota bunga dkk. Sekarang, anak-anak  lebih memilih untuk membuka google dan search lewat smartpone mereka “kayak apa sih bentuk Kembang Sepatu itu?” … kasian ya, padahal mencari bunga-bunga an untuk tugas sekolah itu enak baget loh! Bareng-bareng sama temen ke tukang bunga, atau keliling kompleks buat nyari tetangga yang punya kembang sepatu.
 
Kata Ibu Mayke juga, “Permainan digital itu sudah punya desain khusus. Anak-anak perlu bermain dengan teman dan objek yang nyata supaya mereka bisa belajar melakukan problem solving yang tidak diduga, bukan seperti video games yang sudah ada desainnya.” “Kemampuan anak baru pra operasional, karena itu anak perlu melihat, meraba, menyentuh, dan mengeksplorasi suatu obyek secara langsung.”

Back to twittalk yang sempet saya ikutin, jadi ada dua kubu ibu-ibu muda yang pro gadget dan kontra gadget pada anak. Ibu-ibu muda yang pro gadget memiliki alasan kuat kenapa mereka sengaja membekali anak-anak mereka dengan gadget-gadget canggih,
pro gadget : “biar si kecil selalu update dengan hal-hal baru yang terjadi di dunia nya.. “
kontra gadget : “bukankah itu tugas orangtua untuk mengupdate pengetahuan anaknya tentang hal-hal baru di lingkungannya? Karena kan si anak belum punya filter apakah hal-hal baru itu baik atau buruk? Kalau salah tangkap bagaimana?”
pro gadget:  “biar si kecil bisa mandiri tidak mengandalkan orang lain”
kontra gadget: “pada hakikatnya manusia itu mahluk social, sedikit banyak mereka pasti akan bergantung atau berinteraksi dengan orang lain.. “
pro gadget: “biar gampang mengetahui si kecil ada dimana..” 

*menurut saya ini pernyataan yang paling lucu, saya belum pernah menjadi orangtua, tapi dulu saya inget waktu saya sekolah, orangtua saya dan orangtua temen-temen yang lain, mereka hapal dengan pasti apa saja kegiatan anak pada hari itu. Bahkan orangtua saya tahu kalau saya lagi musuhan atau berantem sama temen. Jadi menurut saya lucu aja gitu kalau ada orangtua yang bilang “biar tau si kecil ada dimana..” emang anak sekecil itu bisa keluyuran kemana si? Dan orangtua seperti apa yang ngebiarin anaknya keluyuran? Sekalipun si anak itu ada les atau kegiatan lain selesai sekolah, menurut saya sih ya *even orangtua nya itu kerja atau gak* ya mereka harus tau, tempat lesnya dimana, gurunya siapa, temennya siapa saja. 

Kontra gadget: “hello… anda orangtua nya.. yang bener aja, masa gak tau anak sendiri ada dimana? Iya kalau anaknya umur 30 tahun, ini masih 7 tahun”
Terus ada lagi orangtua yang gak terima anaknya terkena virus pornografi, ya gimana gak mau kena kalau anak SD udah dikasih smartphone, bisa buka internet kapan saja dia mau, tau sendiri media kita kayak gimana, lebih cepet nyebar berita negative daripada yang positifnya. Belum orang tua yang Marah-marah kalau anaknya keseringan liat MV Korea daripada belajar.. hehehhe.. dear mom, kids will prefer watching youtube every day daripada di suruh belajar.. ;p
Saya gak menyangkal handphone, alat komunikasi itu penting, tapi sebaiknya sebagai orang dewasa kita bisa lebih bijak untuk menentukan alat komunikasi seperti apa yang paling kita butuhkan supaya terhindar dari sifat-sifat seperti mubazir tersebut, karena fungsi utama dari Smartphone itu adalah untuk memudahkan penggunanya, bukan malah menjauhkan penggunanya dari kehidupan yang sebenarnya. 

Dan Smartphone untuk anak?? Well, all I can say is:  kembali kepada hak kalian sebagai orangtua, mau membiarkan anaknya tumbuh sebagai digital native tapi rendah kepekaan social atau anak itu tumbuh menjadi pribadi yang balance antara dunia nyata maupun dunia digital. *karena gimanapun harus kita terima ya bahwa kita telah hidup di era digital


So, be smart as smart as ur smartphone.. yes!


Source: Wikipedia, Kompas.com

No comments:

Post a Comment