September 10, 2014

Ketika Saya 27 Tahun

Tanggal 28 Agustus kemarin,usia saya bertambah menjadi 27 tahun, gak terasa deh ternyata sebentar lagi InsyaAllah saya akan berkepala “3”. Saya selalu punya bayangan, di usia 27 ini lah saya akan menikah, setelah saya memiliki pekerjaan mapan, gaji berlimpah, apartemen sendiri, bahkan mobil! Manis bener deh bayangan saya itu, saya akan banyak menghabiskan gaji saya untuk melakukan banyak hal yang menyenangkan diri sendiri, belanja barang-barang cantik, makan-makan enak, bahkan jalan-jalan keliling Indonesia, termasuk travelling solo. Saya tidak bisa membayangkan di usia saya yang kurang dari 27 tahun, saya akan terikat dengan yang namanya “Pernikahan” apalagi “Keluarga”.  Kenyataannya?

Saya menikah di usia 24 tahun kurang 1 bulan, setelah gagal melakukan negosiasi tanggal akad dan resepsi, yang semula saya bersikeras “tunggu sampai umur 24 dulu sik..” akhirnya menyerah dan menikah pada tanggal 02 Juli 2011. Saya masih inget doa saya ketika itu, “Ya Allah saya belum siap untuk sepenuhnya menjadi istri, saya masih mau bermain dan bersenang-senang” dan terjadilah doa saya itu, 3 hari setelah saya menikah bapak suami harus kembali ke proyek, frekuensi bertemunya kadang 2 bulan sekali, bahkan pernah sampai 3 bulan kami tidak ketemu, saya menjalani Long Distance Married, alhasil bener-bener kayak orang pacaran bukan pasangan suami istri, untuk masalah keturunan pun seperti itu, karena saya tidak mau hamil “seorang diri” tanpa ditemani suami, mendadak setelah menikah hampir 2 bulan saya tidak datang bulan, setelah konsultasi ke Obgyn ternyata sel telur saya terlihat seperti “lambat” matangnya, dan diduga saya mengidap PCOS, setelah memutuskan untuk, “kita tunda saja dulu keinginan untuk memiliki keturunan ini dan perbaiki kualitas sel telurnya” jadi selama 12 bulan saya disarankan untuk mengkonsumsi pil KB sampai bapak suami kembali di bulan september 2012, itupun saya inget saya sedang datang bulan, sekembalinya suami baru saya berani “merevisi” doa saya kepada Allah untuk diberi kesempatan menjadi Istri sepenuhnya dan memiliki keturunan, subhanallah.. bulan Oktober saya full konsultasi ke dokter dan periksa darah lengkap serta  konsumsi asam folat rutin, dan di bulan November saya positif hamil. Jadi hamil pertama saya terjadi di Usia 25 tahun 3 bulan.

26 tahun kurang 1 bulan saya resmi menyandang status Ibu dari seorang bayi laki-laki yang bernama Omar Aqil Ramadhan, bener-bener gak membayangkan saya menjadi Ibu di usia semuda itu *buat saya muda ya..*  Selepas melahirkan memang saya tidak terpikirkan untuk menggunakan KB, baik KB Oral, IUD,maupun suntik, orang-orang di sekeliling saya, termasuk mama pun entah mengapa tidak menganjurkan saya untuk menggunakan Pil Kb, sementara saya sendiri tidak merencanakan untuk secepatnya hamil lagi, kalau baca cerita saya disini dan disini, saya sebisa mungkin ingin memberikan jarak yang “pas” untuk Omar dan calon adiknya kelak. Banyak orang menyarankan sistem kalender kepada saya, jelas ini gak bisa saya ikutin, haid saya itu bukan jenis haid yang ontime/pasti datangnya setiap bulan, sudah saya ceritakan kan ya kalau saya sempet diduga mengidap PCOS,diduga seperti itu selain tampilan folikel sel telur saya setiap USG yang rata-rata menyerupai rantai, haid saya pun tidak teratur. Jadi sistem kalender jelas saya coret. Salah satu hal yang saya yakini akan mampu membuat saya “aman” dari resiko kehamilan adalah menyusui secara teratur, iya menyusui dengan ASI Eksklusif itu merupakan salah satu metode ber-KB alami,efektifitas metode ini sampai 98%. Tapi memang ada syarat-syaratnya, yaitu:
1.memberikan ASI secara eksklusif sesering mungkin (minimum 4jam sekali tanpa pernah lowong), interval jeda menyusui di siang hari tidak lebih dari 4 jam dan di malam hari tidak lebih dari 6 jam. Ini sukses saya terapkan walaupun saya working mom, saya meninggalkan Omar antara pukul 06.30 – 07.00 pagi, sebelum berangkat jelas Omar saya susui dulu, saya kembali pumping di kantor pukul 09.30 dan maksimal jam 10.00 saya sudah harus pumping, pumping kedua saya selepas makan siang antara jam 13.30 – 14.00, dan terakhir sebelum pulang, saya kembali pumping pada pukul 15.30 – 16.00.
2.Ibu belum mendapatkan haid sejak masa nifas berakhir. Selesai masa nifas saya benar-benar bersih dari haid.
3.Bayi belum berusia 6 bulan, Jika bayi sudah mulai MPASI, berarti syarat nomor satu sudah sulit dipenuhi.

Alhamdulillah saya sukses menerapkan ketiga point diatas, dan sukses mendapatkan KB Alami hingga Omar berusia 11 bulan 2 minggu. Entah kenapa menjelang ulang tahunnya yang pertama dia mulai jarang mengkonsumsi Asip di siang hari, jadi stock asip nya sempet hampir kadaluarsa, karena itu saya akhirnya mengurangi frekuensi pumping siang saya, dan munculah si tamu bulanan di awal bulan Juli 2014, setelah hampir 1 tahun saya bebas dari haid.

Selepas mendapat haid, saya mulai concern menghitung hari subur saya, dan tanya-tanya seputar aplikasi terkait masa subur yang bisa saya install di android, dan akhirnya saya memilih P Tracker, saking khawatirnya saya sampai mencatat waktu-waktu saya berhubungan dengan bapak suami (ini beneran loh), saya sih pede pede saja dengan cara saya itu, entah kenapa saya menganggap saya type perempuan yang “tidak terlalu subur” dan “tidak mudah hamil” mengingat riwayat datang bulan saya. Jadi ketika teman-teman saya sudah mulai datang bulan lagi dan saya belum, saya masih selooww dong.

Saya inget saya pernah menulis status di facebook tentang teman kantor saya yang ternyata 'mendadak’ hamil lagi, padahal usia anaknya belum genap 1 tahun, karena itulah kami yang baru memiliki anak 1 mulai diledek untuk segera tambah momongan lagi. Kontan saya langsung bergidik, membayangkan Nursing While Pregnant, lanjut Tandem Nursing, dan dilanjutkan pumping asip lagi selama 3 tahun ke depan, wuihhh belum berani saya, apalagi kendala ART untuk bantu-bantu di rumah pun sampai detik ini saya belum sukses ketemu yang ok.
Telat haid 2 minggu dan badan saya mulai gak nyaman, saya malah khawatir kalau “jangan-jangan saya beneran PCOS” nih karena haid saya yang kembali tidak teratur, sama sekali gak kepikiran untuk testpack, karena rasanya badan berbeda dengan waktu telat haid karena hamil Omar dulu.

31 Agustus, di usia 27 tahun 2 hari, setelah telat haid 20 hari, didukung dengan perut yang bolak-balik begah macam telat makan, rasa eneg yang gak jelas, ngebuat saya akhirnya memutuskan untuk beli testpack di jam 10 pagi. Saya inget suami saya bilang untuk besok saja test nya karena kan harus pakai urine pertama di pagi hari, tapi saya keukeuh mau test sekarang juga, kalau memang saya ditakdirkan hamil, mau test dengan pipis pertama ataupun pipis terakhir hasilnya akan positif kok. Dan hasilnya, muncul lah 2 garis pink dengan cepat tanpa ada jeda. Terpana saya! Shock, bingung, galau, campur jadi satu, seharian badan saya gak nyaman, akhirnya ngungsi ke rumah mama, sementara bapak suami liat pameran ikan di WTC (dengan ijin saya), setelah ngobrol-ngobrol dengan orangtua walaupun ada rasa “gak terima” dan masih bingung beneran nih saya hamil LAGI? Pelan-pelan saya mulai mencoba berfikir, sekarang Omar 13 m  jika kehamilan ini lancar tanpa halangan, Insyaallah akan lahir di bulan april atau mei ketika Omar berusia 22 m, saya rasa di usia itu sudah bisa saya lakukan sounding untuk Weaning With Love, agar saya tidak perlu tandem nursing. Pumping untuk stock asip Insyaallah akan tetap saya lakukan, sekarang saya sedang memberi “tubuh”saya istirahat sejenak, Omar masih menyusu langsung dari PD ibunya, tetapi kalau saya sedang capek atau lelah berarti saya tidak pumping dan Omar saya selingi dengan UHT untuk konsumsi siangnya.

Saya tidak menyangka kalau mengingat khayalan saya tentang “usia 27 tahun” ternyata di usia 27 tahun ini saya sudah mengalami banyak hal dan kesemuanya berhubungan dengan pernikahan dan keluarga, di usia 27 tahun saya harus mempersiapkan diri saya untuk bisa menjadi ibu yang lebih baik lagi demi anak-anak saya nanti, di usia 27 tahun kembali saya merasakan kehamilan yang rasanya baru kemarin, di usia 27 tahun saya harus belajar mempersiapkan Omar sebagai “mas”, di usia 27 tahun saya harus bersiap-siap menjadi ibu dengan 2 orang anak yang masih piyik-piyik (dimana saya bisa beli stock sabar???), tapi pada akhirnya saya gak sabar menyambut tahun 2015.. melihat Omar tumbuh semakin besar, pilih-pilih preschool (kalau Omar mau ya pastinya), belanja-belanja perlengkapan newborn (lagi!), penasaran dengan nanti anak kedua kami seperti apa ya, dan bertekad mengalami proses persalinan yang lebih baik dari kemarin, bisa sukses IMD dan lanjut ASIX serta mpasi homemade seperti Omar dulu. Aamiin.

2 comments:

  1. selamat ya mak untuk kehamilannya, moga lancar dan sehat terus aamiin ^__^

    ReplyDelete
  2. Aamiin.. terimakasih ya Mak Rahmi untuk doanya, trimakasih jg sudah mau mampir, doain anak ke 2 ini saya dapet perempuan yaa.. :))

    ReplyDelete