Kemarin
sempet ngobrol-ngobrol sama ayah AFR pas jalan bareng ke kantor, saya bilang
kalau saya tiba-tiba kepikiran, bukan kepikiran juga sih apa ya.. membayangkan,
kayaknya enak deh Jadi Ibu Rumah Tangga tetapi tetap memiliki pekerjaan,
standart memang, tapi pekerjaan yang saya inginkan bukan berdagang, jujur saya
belum siap untuk menjadi pedagang, berdagang, jualan, apapun lah namanya itu.
Walaupun ada hadist yang bilang, 9 dari 10 pintu rejeki itu datangnya dari
berdagang, saya tetap belum siap untuk berdagang. Belum memiliki ketertarikan
sih tepatnya..
Saya
membayangkan memiliki suatu pekerjaan seperti kerja kantoran tetapi saya bisa
melakukan itu di rumah, bukan yang stay 24hr di rumah juga. Saya tetap pengen
bisa keluar-keluar minimal seminggu 2x, entah itu untuk meeting atau bertemu
orang lain *yang berkaitan dengan pekerjaan tentunya* buat saya pribadi
pekerjaan adalah salah satu bentuk pelarian saya atau istilahnya “Me Time” ,
Alhamdulillah saya sekarang sedang hamil, Insya Allah anak pertama.. hehehhe..
kalau dilihat-lihat, perempuan yang saya temui atau saya lihat atau kebetulan
saya membuka suatu blog atau forum, kebanyakan dari mereka menginginkan menjadi
SAHM a.k.a Stay at Home Mom*dengan atau tanpa pekerjaan sampingan*
Jauh
di dalam hati, saya belum siap untuk benar-benar stay 24 jam penuh di rumah dengan seorang
bayi. Am I that bad? Entahlah..
Sepanjang
saya mengandung, saya benar-benar
bersyukur telah diberi kesempatan oleh ALLAH untuk hamil, bisa merasakan suatu
kehamilan tanpa gangguan berarti, dan masih bisa bekerja, saya Alhamdulillah
banget. Walaupun ada kalanya saya merasa capek dan ingin meringkuk saja di
rumah. ;p dibandingkan dengan calon ibu-ibu yang lain, saya masih merasa sense
of parenting saya belum terbentuk secara matang *tsaahh* , bukan berarti saya tidak
belajar untuk jadi seorang ibu yang baik ya, tapi melihat keseharian ibu saya
yang notabene a fulltime mom at home, untuk saat ini, itu jelas bukan saya
banget.
Kalau
denger ada orang komentar, “anak sendiri
kok dititipin ke orang”, ”anak itu
ya sepenuhnya tanggung jawab kita, orangtuanya, bukan ART atau neneknya”, “mau punya anak tapi gak mau ngerawat”
and so on and so on.. saya sih belum merasa tersinggung, yang saya rasakan justru
saya Alhamdulillah banget kalau ada orang yang bisa saya percaya dan memiliki
ilmu lebih banyak untuk membantu saya merawat calon anak kami nanti *baca:
neneknya ;p*
Gambar dari sini |
Banyak
yang bilang saya belum siap menjadi seorang ibu, setiap saya cerita seperti ini
ke mama, beliau cuma menimpali: “emang ada yang 100% siap?” dan malah balik
nanya, “seperti apa sih kategori siap jadi orang tua itu?” menurut mama, gak
ada satupun ibu, baik bekerja maupun tidak bekerja yang siap ketika anaknya:
sakit untuk pertama kalinya, jatuh dan kepala bocor, demam hingga berujung
Step, raport merah, di rawat di rumah sakit, minta ijin untuk keluar malam,
nangis sesenggukan karena diputus pacar, males makan, males mandi, rewel tanpa
sebab, gak mau sholat, susah banget disuruh ngaji, ngebantah kata-kata
orangtua.. dan masih banyak lagi.. gak ada satupun buku yang bisa memberikan
kamu jawaban hingga sedetail itu, anak dan orangtua adalah satu kesatuan yang
sama-sama belajar untuk menjadi lebih baik setiap hari nya, gak ada kata SIAP.
Bayi baru lahir pun belajar untuk “mengenal dan menerima ibunya” bukan langsung
siap untuk punya ibu.. dan untuk sekarang mama selalu bilang, nikmati
keseharian kamu saat ini, kehamilanmu, pekerjaanmu, rumah tangga mu, dengan
kamu memutuskan bekerja bukan berarti kamu menghindar menjadi seorang ibu,
apapun keadaan kamu, kamu tetap pemegang mutlak keputusan untuk anak-anakmu
nanti, cuma satu suara yang harus kamu denger: Suara Imam Kamu.
Note:
ditulis ketika saya belum melahirkan, jika nanti ada perubahan sikap berarti
sense of parenting saya mulai mendekati “siap” ;p
No comments:
Post a Comment