June 1, 2012

Menikah oh Menikah..


Assalammualaikum,

Saya rasa menikah itu kebutuhan mutlak setiap individu, mungkin bukan upacaranya tetapi kebutuhan untuk berbagi dengan orang lain itu yang paling dibutuhkan.

dilihat dari umur pernikahan saya yang belum genap satu tahun rasa-rasanya sok tau ya kalau saya tiba” mengambil topic tentang pernikahan, bukan, saya bukan ingin menceramahi atau berbagi pengalaman, saya hanya ingin cerita saja tentang ke Galau an saya sebagai seorang muslim dan kebetulan menjadi pengamat dan wadah cerita beberapa orang di sekitar saya.. hehehheehe.. let me give u my uneg-uneg!! 

----------------------------------------------------------------------



Saya inget ketika dulu tante saya (adik sepupu ayah saya yang paling kecil) memutuskan untuk menikah dengan pasangannya yang berbeda Agama, kita semua keluarga besar menolak dengan keras, bahkan nenek saya sampai jatuh sakit. Tetapi si  tante bersikeras, mungkin karena sudah terlanjur cinta dan dia berfikiran bahwa setiap agama adalah sama. Dia tetap menikah, kedua orangtuanya, kakek-nenek saya memutuskan tidak datang, begitupun beberapa anggota keluarga yang lain, hanya pakde saya saja yang menghadiri, menurut beliau, beliau perlu melihat adiknya benar-benar telah menikah, iya mereka menikah di Gereja. 

Setelah itu kita selalu bertanya-tanya apakah si tante ini, adik bungsu mereka, masih menganut Islam atau tidak? Terkadang dia ikut sholat berjamaah, dan masih berpuasa. Lantas bagaimana dengan pernikahannya di Gereja? Entahlah..  ketika anak pertama tante lahir, dia laki-laki. Orangtua mana yang tidak senang mendapatkan seorang cucu, saya inget satu kejadian lucu, begitu anak itu lahir keluarga besar tante saya bingung, di adzan kan atau tidak ya? Akhirnya kakek saya memutuskan untuk di adzan kan, tapi tidak lama datang pendeta untuk mendoakannya juga.. 

Cerita lain, teman saya, dia telah berpacaran lama dengan lelaki ini, mulai dari awal kuliah, awalnya tidak ada niat untuk serius tapi lama-lama sulit juga ya untuk berpisah. Mereka sempet putus, tapi sepertinya karena masih sama-sama cinta mereka kembali lagi. Sama kasusnya, yang pria berbeda agama dengan yang wanita, dan orangtua si wanita sudah menentang rencana apapun yang berkaitan dengan pria ini termasuk menikah. 

Sampai sekarang mereka tetap backstreet, wanita ini bercerita kepada saya kalau dia telah memutuskan untuk mengikuti agama si lelaki, tetapi kadang dia pun masih suka menjalankan ibadah layaknya muslim. Jujur saya sakit hati,setiap melihat dia seperti itu, saya melihat agama saya seperti dipermainkan. Dia ikut berdoa bersama pacarnya di gereja, tetapi kadang dia masih sholat 5 waktu ketika orangtuanya menyuruhnya. Terakhir dia bilang, dia sedang menyusun rencana untuk menikah, keputusan apapun itu, saya harap dia akhirnya bisa memutuskan keyakinan apa yang akan dia ambil.

Yang terbaru, kemarin lusa, saya sempet chatting an dengan salah satu teman kuliah saya. Jarang-jarang saya ngobrol sama dia, termasuk salah satu manusia sibuk soalnya teman saya itu. Seperti biasa dia menanyakan kehidupan pernikahan saya, saya bilang Alhamdulillah baik, walaupun masih LDR. Dan saya bertanya balik, gimana kamu sama cowok yang terakhir? Dia bilang masih lanjut, dan sepertinya memang ingin berakhir dengan lelaki ini,

 jujur saya bahagia ngedengernya karena saya tahu dia adalah salah satu perempuan yang “family oriented” jadi saya yakin ketika dia bekeluarga nanti mampu lah mengurusi keluarganya dengan baik, kemudian dia bilang, “tapi mama belum setuju put..” jadi si mamanya ini tidak setuju temen saya dengan pria terakhir karena ternyata si pria terakhir adalah seorang khatolik yang taat. 

“Wooww.. berat  ya “ itu komentar saya, tapi dia bilang, nggak kok biasa aja, kita akan nikah secara terpisah, lagipula selama ini dia gak pernah nuntut saya untuk ikut dia begitu juga sebaliknya, jadi agama kami tetap masing-masing.. *jujur saya masih bingung dengan konsep menikah terpisah seperti itu..*

Dan tadi pagi saya baru dapet cerita bahagia dari salah satu teman cowok saya, dia sedang meyakinkan keluarganya supaya dia bisa diijinkan untuk menikah dengan seorang muallaf.  Dengar dia cerita seperti itu saya sempet kaget dan ragu, “kenapa nih cewek jadi muallaf?” singkat cerita ketika perempuan ini sedang mempelajari agama dia yang sebelumnya, dia mendapatkan keraguan dengan konsep “KeTuhanan”. Setelah mencari selama kurang lebih 4 tahun, Alhamdulillah dia menemukannya di Islam, pada saat dia mulai belajar sholat. 

Tapi saya bilang ke temen itu, hati” kalau ingin menikahi seorang muallaf, pahami dulu alasan-alasan dia memilih Islam, samakan Visi-Misi, karena Islam sendiri memiliki banyak “sudut pandang” (mulai dari yang aliran keras sampai yang bener-bener liberal) jangan sampai Islamnya sama tapi sudut pandangnya beda, 

Kenapa saya ragu dengan menikahi seorang muallaf? Menurut saya, ketika seseorang memutuskan untuk berpindah agama hanya karena untuk mengikuti pasangan hidupnya, saya Cuma khawatir keturunan-keturunannya saja, apakah dia bisa menjadi orangtua yang baik dan mendidik sesuai ajaran Islam? Selain itu, ketika seseorang berpindah hanya karena “cinta kepada pasangan” apakah agama itu akan bertahan ketika orang yang dicintai meninggal terlebih dahulu? Kita gak pernah tahu umur masing-masing kan? Alhamdulillah jika seorang muallaf mendapatkan hidayah semata-mata karena kecintaannya kepada Islam, bukan “orangnya”, dan bisa menjaga keislamannya itu hingga akhir hayat.

Awal-awal kuliah saya pernah didekati oleh seorang pria non-muslim, dia termasuk salah satu jemaat yang taat, cara dia mendekati saya cukup lucu juga sih, awalnya minta belajar akuntansi bareng, terus di suatu pagi dia dateng ke kosan saya sambil bawain saya susu hangat, gak pake bungkus plastic, atau susu kotak ya, tapi dia bawain pakai mug beruang dari kos-nya ke kosan saya. Dan cerita itu lumayan terkenal di antara temen-temen seangkatan, sampai suatu malam, dia ngajak saya keluar cari makan dan menyatakan perasaan dia ke saya, sebenernya saya gak terlalu punya perasaan khusus ke dia, anaknya baik, sopan, manis, pinter, tapi entah kenapa “he is not my type” selain karena kita beda agama ya. 

Tapi ketika dia membahas tentang perasaannya itu ke saya, saya sempet iseng nanya “nanti kita ke depannya gimana?” bukan karena saya ingin serius atau menjalin hubungan ya, Cuma mau tahu aja sudut pandang dia akan masalah seperti itu kayak apa.. dan dia bilang: “ya lihat nanti saja, kita jalanin saja yang sekarang, biar kita sama-sama belajar perbedaan masing”

Dan detik itu juga, dia kehilangan respect di mata saya, buat saya Agama apapun itu, Tuhan harus dinomor satukan. Ketika dia bilang “lihat nanti saja…” saya berfikir, jadi maksudnya kamu ingin mengenyampingkan Tuhan untuk sementara waktu, begitu? Bagaimana kalau “Tuhan yang mengenyampingkan kita untuk sementara waktu?” waahhh.. bisa berabe Dunia Akhirat tuh. Tapi Setelah itu kita masih tetep deket, sampai akhirnya saya yang memutuskan untuk menjauh, karena rasanya gak nyaman saja. Dan setelah saya menjauh, dia sepenuhnya gak pernah ngajak saya ngobrol lagi, sampai saya dapet berita terakhir kalau dia sudah meninggal terkena kanker. 

 
Saya gak bisa paham dengan pola pikir orang-orang yang tetap bertahan dengan “perbedaan” seperti itu hanya karena cinta dan sudah sama-sama cocok, saya mungkin egois dan dangkal jadi agak kurang paham dengan konsep cinta yang seperti itu. Tapi saya bingung, cocok darimana ya? Jelas-jelas perbedaannya besar banget? 

IMO, Agama itu dasar kehidupan yang menentukan seperti apa kita bertindak dan berperilaku sehari-hari. Saya gak akan membahas agama apa yang lebih baik karena itu berkaitan dengan akidah, tapi rasanya egois saja, kalau kita “berpindah Tuhan” hanya karena cinta kita kepada manusia, begitu juga dengan orang-orang yang tetep keukeuh untuk menikah dengan perbedaan yang ada, dan masih menganut kepercayaan masing-masing.

Dalam Islam, pernikahan wanita muslim dengan laki-laki non-muslim hukumnya Haram, begitu juga dengan pria muslim yang ingin menikahi wanita non-muslim, memang masih ada perbedaan berkaitan dengan pria muslim menikah dengan non-muslim.  

“Dan Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka beriman (masuk islam). Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu, dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak mukmin lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.. (QS:al-Baqarah:221)”

Menurut ulama Muhammadiyah, Sebenarnya menikah berbeda agama juga dilarang di dalam agama Nasrani, hal itu tercantum dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3.
Isi perjanjian Ulangan 7:3-26 “Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki: 7:4 “sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang daripada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera”

Dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa: “pernikahan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya”

Saya juga kasihan dengan anak yang dilahirkan nanti, ada yang bilang, “kok malah mikirin anaknya sih? Yang menikah kan orangtuanya, Agama itu bukannya panggilan hati ya? Jadi ya terserah dong anaknya nanti mau ikut kemana?”  

Rasulullah saw. Bersabda: Tidaklah anak yang dilahirkan itu melainkan lahir dengan membawa fitrah. Maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana seekor binatang ternak yang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna (tanpa cacat), apakah lantas kamu lihat terdapat cacat pada telinganya?”

Ada juga yang bilang, inilah jodoh Tuhan yang diberikan kepada saya, ya masa’ mau saya tolak. Saya pernah membaca, Jodoh memang termasuk “Harta” yang diberikan oleh Tuhan, tetapi ketika Tuhan memberikan harta, memberikan kesenangan, maupun kesusahan itu semata-mata untuk menguji, apakah dengan hal-hal itu kamu akan semakin mendekatkan diri atau malah bertambah kufur? Pernah gak berfikir, Tuhan sengaja memberi kita pria menarik di depan mata untuk menguji keimanan kita? Apakah dengan hadirnya pria itu kita akan berpaling dari Tuhan atau malah semakin dekat kepada Tuhan?

Pernikahan, Anak dan keturunan adalah anugerah Allah yang akan ditanyakan di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda yang disampaikan oleh Abu Said Al-Khudri dan Abu Hurairah ra., “pada hari kiamat nanti, seorang hamba akan dipanggil di hadapan Allah dan ditanya, ‘bukankah Aku telah menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, harta, dan anak? (dalam riwayat lain ditanyakan, ‘Bukankah aku telah menikahkan kamu?’) ‘Bukankah Aku telah menaklukan binatang ternak dan ladang untukmu? Bukankah aku telah membiarkanmu berkuasa dan hidup? Apakah dulu kamu menyangka bahwa kamu akan bertemu dengan harimu ini?”

 Dijawab: “Tidak.”
 
Maka Allah pun berfirman, “Pada hari ini Aku melupakan dirimu seperti dahulu kamu melupakan-Ku.”

Pada akhirnya saya hanya bisa bilang, tolong berfikir dulu sebelum bilang “Yes, I Do” karena pernikahan ini bukan hanya untuk Dunia saja, melainkan sepanjang masa. Dosa kita sebagai manusia sudah banyak, janganlah membebankan kepada anak, cucu kita nanti dengan “masalah pernikahan kedua orangtuanya”.

Wassalammualaikum.


 Source:
m.republika.co.id,
Ir.Muhammad Ibu Abdul Hafidh Suwaid “Cara Nabi Mendidik Anak”,
www.sabda.org/sabdaweb/




2 comments:

  1. Ngga tau bilang apa :-O Sedikit ternganga dengan ceritanya..
    Bismillah, insyaAllah agama juga menjadi kriteria suami saya nanti ^^

    ReplyDelete
  2. @Annisa: Aamiin Ya Rabb.. :) Semoga dipilihkan jodoh yang terbaik oleh Allah ya.. Sebagai Jodoh di bumi dan juga Insya Allah di surga nanti.

    ReplyDelete