Omar memang Insya Allah baru menuju 1 tahun, tapi rasanya
saya dan pasangan harus mulai memikirkan visi,misi,dan tujuan apa yang ingin
kami berikan untuk Omar sebagai bekal masa depannya, bukan sekedar mencari
sekolah dengan fasilitas lengkap dan tenaga pengajar professional, tetapi kami
juga harus mulai memilah hal-hal apa yang kami inginkan untuk masuk atau
mungkin kami batasi ke dalam awal kehidupan pendidikan anak kami.
Saya setuju kalau moral dan budi pekerti serta empati akan
menjadi salah satu target kami untuk ditanamkan ke Omar, menurut saya pribadi
semakin kesini rasa-rasanya jiwa empati masyarakat semakin berkurang hampir
minus malah, gak usah disebutin lah ya berapa banyak anak-anak yang mulai
kehilangan respect terhadap yang lebih tua, dan gak usah disebutin juga sudah
berapa banyak kasus yang ter-blow up melalui social media sehubungan dengan
minusnya jiwa-jiwa empati ini.
Tetapi satu yang paling saya harapkan ketika saya memiliki
seorang anak, dia akan jauh jauh lebih baik dari kami orangtuanya dari segi
Agama. Ya, kami ingin anak kami menjadi lebih rajin sholatnya dibanding kami
orangtuanya, lebih baik budi pekertinya dibanding kami, lebih banyak sedekahnya
dibanding kami, lebih banyak khatamnya dibanding kami (syukur-syukur kalau bisa
menjadi hafidz Qur’an), tetapi miris juga rasanya jika seseorang yang kuat
agamanya disebut sebagai “fanatic”
atau bahkan Islam Garis Keras.
Banyak sekolah-sekolah sekarang yang berbasis Islam, saya
sendiri sih belum sempat meneliti/mengamati masing-masing dari sekolah-sekolah
tersebut kekurangan dan kelebihannya apa. Saya percaya tidak ada satu bentuk
pendidikan sempurna, tugas kita lah sebagai orangtua untuk menyeimbangkan dan
memberi pandangan-pandangan baru.
Saya tumbuh dalam lingkungan pendidikan umum, teman-teman
saya datang dari berbagai jenis agama, sebut saja nasrani, hindu, budha,
katholik dan dari segala etnis termasuk China. Sekolah saya bukan jenis sekolah
yang mengedepankan agama, jadi sehabis sekolah saya masih harus mengikuti TPI (Taman
Pendidikan Iqra) lagi selepas sholat ashar, capek memang tapi Alhamdulillahnya
orangtua saya bukan jenis orangtua yang gila les, saya tidak wajib mengikuti
les apapun, satu-satunya kegiatan yang saya ikuti diluar sekolah hanya mengaji
dan berenang, itupun saya ikuti tanpa paksaan. (Dan Insya Allah saya juga tidak
akan mem-push Omar untuk mengikuti les apapun, sepanjang bukan dia sendiri yang
meminta). Saya belajar Islam itu seperti apa, selain dari TPI juga dari
penjelasan orangtua saya, satu yang saya masih ingat sampai sekarang adalah
terkait jodoh! Hahhahaa.. kalau ini doktrin ibu saya memang kuat banget, “jangan sekali-sekali kamu berhubungan dekat
dengan cowok yang bukan islam ya kak! “ dari situ saya benar-benar
membatasi lingkup pergaulan saya terhadap teman cowok yang non-muslim, bahkan
saya selalu berfikir “duh, ganteng deh.. sayang bukan islam” apakah saya
terdengar fanatic?
Barusan saya membaca salah satu artikel di m.kompasiana.com dengan judul “Beginilah Anak-anak Israel Dididik;
Penjelasan untuk Kebiadaban Serdadu Zionis” , Palestina dan Israel, kisah
yang bahkan telah tertulis di dalam Al-Qur’an. Inti dari artikel tersebut
bagaimana pemerintah Israel berusaha mendoktrin mati-matian anak-anak mereka
untuk membenci anak-anak Palestina, miris bacanya, ketika seorang anak Israel
berusia 8 tahun berkata “Kepada Muhammad yang berbisa.. saya mengharap kamu
mati…” mengaca ke doktrin tersebut, setiap saya membaca berita di koran terkait
pem-bully-an, atau seorang anak SD menyiksa temannya hingga meninggal, ngebuat
saya jadi mikir, siapa sih sebenarnya yang ngedoktrin anak-anak itu sampai bisa
sesadis itu? TV kah? Atau memang lingkungan pendidikan kita yang mulai gak
peduli terhadap pola pikir anak? Hanya focus terhadap kurikulum dan nilai bagus
saja?
Sejauh ini saya dan pasangan masih memilah-milah criteria
pendidikan yang kami cari untuk Omar, rasa-rasanya kalau bisa bikin kurikulum
sendiri, saya saja deh yang bikin.. hehehhe..
Entah akan seperti apa pendidikan untuk Omar nanti,semoga
kami mendapat system yang terbaik untuk dia, tapi saya percaya dengan salah
satu Quote legendaris dari salah seorang penghuni surga,
“Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena
mereka kelak akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu” – Umar bin Khattab
kalau anakku sejak PG aku masukkan sekolah IT (Islam Terpadu) mak, harapannya supaya ga hanya iptek yang kuat tapi juga imtaq. alhamdhulilah so far sangat memuaskan. salam sayang utk Omar :)
ReplyDeletesalam kenal mbak.. waktu itu apa saja yang jadi pertimbangan sampai akhirnya anak sekolah disana mbak? saya masih mencari-cari nih.. thanks sudah mau mampir ya mbak.. *nanti disampaikan salamnya untuk omar :)
Delete