Hayo
siapa yang sudah jadi menantu dan punya mertua? Atau jangan-jangan ada yang
sudah jadi mertua lagi.
Gak bisa
dipungkiri sih, kadang beda paham dengan pemangku jabatan yang satu ini sering
banget di temui, atau mungkin kita sendiri yang rasakan? *hmmp.. Alhamdulillah
saya sih sejauh ini menikah (emang udah berapa jauh put? Baru mau setaun kan?
:p) tidak merasakan atau memiliki pengalaman berdebat atau berbeda pendapat
atau “mertua mendominasi” kehidupan pernikahan kami, *semoga seterusnya seperti
itu Ya Allah* dan gak cuma
antara menantu perempuan dan mertua perempuan saja yang berdebat, terkadang
hal-hal kayak gini juga bisa loh antara Ayah mertua dan si menantu laki-laki, pusing? Wah, saya sendiri juga kurang paham tuh, tapi denger-denger cerita
dari beberapa orang temen sih, saya nangkepnya kok malah menyedihkan dan jadi
gak nyaman ya.
Saya punya
tetangga yang usianya hanya terpaut 2 tahun dari usia saya, sekitar 27-28an,
Alhamdulillah dia sudah dikaruniai seorang bayi laki-laki, si tetangga saya ini
sebut saja Mbak N, adalah 100% Ibu Rumah Tangga. Beliau adalah lulusan cumlaude
salah satu Universitas Negeri terkenal di daerah Jogyakarta, anak ketiga dari 4
bersaudara, asli Solo. Tapi jangan salah, kelakuannya jauuuhhhhh banget dari
tipikal Putri Solo. Heheehhee.. mbak N ini jago banget kreasi jilbab, bahkan
ketika saya menikah saya gak pakai salon, saya minta tolong mbak N untuk mengkreasikan
jilbab saya, for free!! Hasilnya? Alhamdulillah Ya Allah saya suka banget,
simple, gak macem-macem dan 20 menit jadi! *oke, mulai melenceng.. kembali ke
topic*
Sebelum
menikah Mbak N ini pernah bekerja sebagai humas di salah satu perusahaan di
kota Jogyakarta, ketika dia memutuskan untuk menikah dengan pacar masa kuliahnya,
mau tidak mau dia harus resign, karena ternyata sang suami memutuskan mereka
berdua untuk tinggal sementara di Sumatera, tempat orangtua sang suami, hingga
suaminya mendapatkan pekerjaan tetap. Mengapa tinggal di Sumatera? Nah, jadi
begini, ternyata mertua mbak N sebenarnya asli orang Jawa, Jawa Tengah
tepatnya. Tapi mereka memutuskan untuk bertransmigrasi ke daerah sumatera di
awal tahun 80-an untuk menjadi petani kelapa sawit hingga sekarang mereka
sukses menjadi Juragan Kelapa Sawit.
Selama
setahun tinggal di Sumatera, mbak N stress! Dia gak tau harus ngapain, karena
ya gitu pembantunya banyak banget! Koperasi sudah diurus sama ibu mertua, mau
ke kebun dilarang, alhasil Cuma nganggur saja dirumah. Bahkan dia pernah cerita
kalau si ibu mertua ini menawarkan untuk membelikan mereka ruko agar mereka
berdua buka usaha saja di Sumatera. Mau? Jelas nggak! Akhirnya setelah hampir
setahun Alhamdulillah sang suami mendapat panggilan kerja di daerah Bekasi,
hijrah lah mereka berdua ke Jakarta. Mbak N cerita kalo dia senengnya bukan
main! Walaupun tinggal di rumah kontrakan tapi rasanya free gitu, bisa nyapu,
ngepel, nyuci sendiri, gak lama mereka tinggal di Bekasi, mbak N hamil.
Dan
sepertinya kalau saya bisa bilang inilah awal dari kegiatan si Ibu Mertua yang mulai
berusaha mendominasi kehidupan si menantu. Bayi laki-laki Mbak N sebut saja Al,
adalah cucu pertama nenek Sumatera, sudah cucu pertama, laki-laki pula. Bisa
bayangkan betapa bahagia nya? Sementara bagi eyang Solo, Al ini adalah cucu kesekian jadi bisa dibilang
mereka sudah santai lah. Saya sebagai tetangga mbak N menyaksikan sendiri
bagaimana tingkah polah nenek Sumatera ini, oh ya kenapa mbak N ini sangat
akrab dengan keluarga saya? Jadi gini dari awal dia datang, hamil, hingga
melahirkan, Eyang Solo ibu dari mbak N
dan mama saya mulai menjalin pertemanan dan si eyang ini meminta tolong mama
saya untuk ikut “menjaga” mbak N. keberatan? Jelas nggak, mama saya itu suka
banget kalau dapet temen baru, selain memang rumah kami bukan di daerah komplek
jadi agak susah untuk mendapatkan teman ngobrol.
Ketika al
berusia 2 bulan, nenek Sumatera datang menjenguk. Jauh-jauh dari sumatera bawa
mobil, biar bisa bawa cucu jalan-jalan katanya. Ketika weekend mbak N dan
keluarga besar mengajak mama saya ke salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta,
mau liat mall katanya. Sekembalinya mereka dari Mall mobil penuh! Bayangin si
nenek membelikan baju Al sampai 2 koper! Stroller, dan segala macam
perlengkapan bayi, gelang emas, semua dibelikan oleh nenek Sumatera. Sampai-sampai
mbak N waktu dirumah saya cerita, kalau sebenernya dia gak keberatan Al
dibelikan banyak barang kayak gitu, tapi dia merasa dia juga punya hak untuk
membelikan baju untuk anaknya sendiri. Setiap hari nenek Sumatera ini telepon
hanya untuk mendengarkan suara Al, baru mau ditutup kalau Al sudah mengeluarkan
suara.
Akhir Bulan
Mei kemarin mbak N dapat panggilan untuk main ke Sumatera, percaya gak percaya
dia stress!! Semua orang dimarahin, sampai ibunya sendiri yang datang dari Solo
kena imbasnya, dia Cuma takut kalau dia sudah di Sumatera dia gak akan dapet
ijin lagi balik ke Bekasi. Terus suaminya gimana? Ternyata, sang suami
sepertinya enjoy-enjoy saja apabila mbak N dan Al tinggal di Sumatera, lebih
terjamin hidupnya menurut sang suami. Beberapa jam sebelum berangkat ke
Sumatera dia sempet main ke rumah bareng ibunya, curhat ke mama saya, mengatur
konspirasi jaga-jaga kalau ternyata dia susah balik lagi ke Bekasi *serem
banget gak sih?*
Sampai saya
nulis tentang cerita ini di blog, mbak N masih berada di Sumatera. Sudah satu
bulan, setiap hari dia sms an dengan mama saya, isinya biasa seputar kebosanan
dia di Sumatera dan Al yang mulai makan apa saja, tapi ada beberapa sms yang
menbuat hati mama saya sedih. Beberapa malam yang lalu mbak N sms, dia minta
tolong mama untuk tanya ke Suaminya sendiri, kapan kira-kira dia bisa pulang ke
bekasi? Dia gak berani tanya langsung karena sungkan. Jelas mama saya gak bisa
bantu, karena itu masalah internal keluarga mereka. Dan ada satu sms lagi,
kalau ini bikin saya kesel setengah mati sama mertuanya!
Jadi si Al
itu dari mulai lahir memang tidak bisa tidur lama, tidak seperti bayi pada
umumnya, dia sebentar tidur-sebentar bangun, mama saya sudah menyarankan untuk
di cek saja ke dokter spesialis anak, mungkin ada beberapa asupan di ASI yang
membuat dia terlampau aktif sehingga tidak bisa tidur lama, tapi mbak N
terlanjur percaya bidan sehingga tidak mau membawa sang anak ke dokter. Nah
pola tidur seperti itu rupanya dilihat oleh nenek Sumatera, dan dia TIDAK SUKA.
Mulai lah si mbak N ini diinterogasi seputar pola menyusu Al, dan rupanya
selama di Sumatera Al mulai jarang menyusu ASI, mungkin karena Al pun sudah
mulai mPASI ya, jadi sudah mulai kenyang dengan sedikit ASI, dan
puncaknya adalah sang akung memutuskan untuk memberi AL SUFOR alias Susu
Formula! Karena mereka melihat si Al mulai jarang menyusu ASI, padahal menurut
mbak N Asi nya sendiri masih keluar deras. Dia gak bisa melakukan apa-apa untuk
mencegah al diberi Sufor, mertuanya ngotot gak mau liat cucunya kurus karena
kekurangan Asi dan mereka juga gak mau ngeliat Al kesusahan makanan seperti
bapaknya dulu (waktu awal-awal si akung masih petani kelapa sawit ).
Saya pribadi
ngedenger cerita itu marah, marah dari sisi ibunya yang gak punya daya untuk “melindungi” anaknya, dan marah ngeliat tingkah laku mertuanya yang menurut
saya terlalu “mendominasi”, dan marah juga terhadap suaminya yang menurut saya
“tidak peka” dengan perasaan istrinya, sampai istrinya sendiri takut bertanya
ke dia. Menurut pendapat saya mertua itu adalah orangtua kedua bagi kita, tugas
mereka sama yaitu mendidik, membimbing, mengawasi, mengingatkan tetapi bukan
MENDOMINASI kehidupan pribadi kita. Makanya saya suka heran dengan
mertua-mertua yang ngotot mau membawa cucunya tinggal dengan mereka di kampung,
atau terus mengkritik cara sang ibu dalam mendidik cucu-cucunya.
Pertanyaan
saya untuk mertua-mertua seperti itu, “Apakah mereka lupa ketika mereka sebagai
menantu bagaimana rasanya?” Atau mungkin ternyata para mertua itu diperlakukan
seperti itu juga oleh mertuanya yang terdahulu, diintervensi rumah tangga nya
sehingga sekarang mereka melakukan hal yang sama? Entahlah. Saya hanya bisa
bersyukur karena sejauh ini diberikan mertua dan orangtua kandung yang santai
dan membiarkan kami menjalankan kehidupan rumah tangga sesuai keinginan kami,
semoga untuk selamanya. Aamiin.
No comments:
Post a Comment