September 18, 2014

Gampang Hamil?

Beberapa waktu lalu saya baru saja mengeluarkan pengumuman di kantor, kalau saya kemungkinan hamil (lagi) waktu itu saya belum USG baru testpack saja, saya ngeluarin statement ini sebenernya bukan karena pengen pamer sih, jadi kantor saya berencana mengadakan employee  gathering di Bulan Oktober ini, lokasinya cukup jauh di daerah Anyer. Saya bingung harus kasih reason apa untuk tidak ikut, karena jujur ketika pemilihan tempat gathering saya memang tidak memilih pantai melainkan gunung, kenapa saya pilih gunung karena saya pikir gunung tempat yang cukup friendly untuk membawa seorang toddler.

Walaupun judulnya “Employee Gathering” tetapi mau tidak mau saya akan membawa seluruh keluarga kecil saya untuk ikut serta, Ayahnya Omar & Omar, saya sudah meninggalkan Omar selama 5 hari dalam seminggu, kalau saya tinggal lagi di weekend dan menginap pula, duh saya tidak tega, apalagi Omar masih bergantung banget sama nenen untuk tidur malem, jadilah saya pilih gunung, dengan harapan udaranya cukup nyaman untuk Omar. Sayang hasil pooling yang lolos ternyata berlokasi di Pantai, tapi bagaimana agar alasan saya tidak dapat ikut dapat diterima dengan kuat tanpa ada bantahan?

Salah satu atasan di kantor saya ini paling anti kalau ada acara kantor dan ada karyawannya yang gak bisa ikut tanpa ada alasan yang bisa diterima oleh akal sehat, Kalau saya bilang tidak tega membawa anak kecil, banyak teman-teman saya yang juga membawa anak mereka untuk ikut serta, jadilah saya pakai si testpack positif itu sebagai alasan. Hehehhe... langsung deh  gak ada yang berusaha membujuk saya untuk tetep ikut, siapa yang tega coba, perjalanan dari Bekasi ke Matraman lanjut ke Anyer dengan kondisi hamil muda dan membawa toddler berusia  14 bulan, setelah mengeluarkan "pengumuman kehamilan itu" gak lama saya dapat beberapa whatsapp dan komentar dari beberapa teman yang belum mendapat keturunan, “kok enak banget sih put, gampang banget hamilnya..” “gw kapan ya put? Orang-orang udah mau punya 2, gw aja 1 belum” memang selain saya ada salah satu teman kantor yang sedang hamil anak kedua juga, dan banyak yang sedang mengandung anak pertama, gak salah sih kalau memang kehamilan menjadi salah satu isu sensitif di kantor kami.

Mendengar komentar teman seperti itu saya langsung gak enak sendiri, gak enak karena sebelumnya saya sempat fragile dan galau karena mendadak hamil, sementara masih banyak orang-orang di sekeliling saya yang masih berusaha keras untuk memperoleh keturunan.
Saya pribadi sampai sekarang masih kaget ketika USG kemarin (iya, akhirnya saya USG juga) sudah terlihat kantung janin, yolksack, dan janin yang sehat lengkap dengan denyut jantungnya menunjukan usia 7wk 4days. Subhanallah, saya baru selesai mendapat haid pertama saya setelah hampir setahun saya bebas dari rasa menstruasi dan sekarang saya sudah hamil lagi?

Saya tidak pernah menganggap diri saya perempuan berkategori subur, atau kalau becandaannya teman-teman sekali di senggol langsung mbelendung. Dari pertama kali saya dapat haid jaman kelas 1 smp dulu, haid saya tidak pernah teratur sampai sebelum saya hamil Omar, rentang haid saya setiap bulan itu jauh, misal bulan januari saya mendapatkan haid di tanggal 1, bulan februari saya bisa mendapatkannya di tanggal 20, bahkan pernah setelah menikah saya tidak haid selama 2 bulan lebih, siklus haid saya pun kalau di rata-ratakan termasuk bersiklus panjang  -/+ 37 hari, jadi ketika saya tidak menstruasi selama 2 bulan lebih tetapi testpack menunjukan negatif, saya memberanikan diri berkonsultasi ke dokter kandungan, itu untuk pertama kalinya saya mengunjungi dokter kandungan dan melakukan pemeriksaan USG TV.  Hasilnya? Sel telur saya lambat matangnya dan tampilannya seperti rantai, dokter pertama menyebutnya kista folikel (?) agak lupa saya, saya diberi perangsang haid dan dianjurkan menunda kehamilan sementara saya mengkonsumsi pil KB untuk menstabilkan hormon saya. Setelah setahun saya mengkonsumsi Pil KB (September 2011 – September 2012) saya kembali berkonsultasi ke dokter kandungan ke 2, dengan niatan ingin melakukan program kehamilan, lagi-lagi ketika USG TV penampakan sel telur saya masih sama, kecil dan berbentuk rantai (siapa yang gak bingung coba?) akhirnya Obgyn ke 2 menyarankan saya untuk tes darah lengkap, termasuk gula darah harian, dan tes hormon prolaktin, beliau mencurigai saya suspect PCOS, PCOS adalah salah satu gangguan hormonal yang paling sering terjadi pada wanita dan diduga menjadi salah satu penyebab utama infertilitas.

Indikasi PCOS ada 3, yaitu:
1. Adanya gangguan haid akibat sedikit hingga tidak adanya ovulasi,
2. Adanya tanda secara klinis biokimia hiperandogen
3. Gambaran Ovarium polikistik dari pemeriksaan USG.

Setelah semua hasil tes darah itu keluar menunjukan gula darah normal dan kadar hormon prolaktin saya pun masih di angka 9, yang berarti tubuh saya masih dalam kategori “normal”, tetapi tetep dokter meresepkan saya obat profertil yang berfungsi sebagai perangsang sel telur, diminum pada saat haid hari ke 2, dan dibatasi selama 3x siklus, jika selama 3x siklus saya belum berhasil hamil juga akan diadakan tes lanjutan (saya gak tanya apa saja tes lanjutannya) dilanjutkan dengan tes dari pihak suami. Alhamdulillah tidak perlu mengkonsumsi obat perangsang itu saya diberikan kehamilan pertama oleh Allah setelah telat 9 hari (menurut hitungan aplikasi handphone yang saya pakai), dan menurut dokter mungkin sel telur saya seperti rantai begitu hanya tampilan saja tidak berpengaruh apa-apa terhadap hormon saya.
Sebelum saya tahu saya hamil, setiap ada teman yang memiliki siklus haid yang pasti setiap bulannya, jauh di dalam hati saya, saya ingin memiliki siklus yang pasti juga, jadi ketika mereka bilang “habis ini giliran gw dapet haid nih” saya langsung ngebatin, “kapan ya giliran saya?” dan ternyata perasaan ini sudah berlangsung sejak lama, saya inget ada masa-masa kawan-kawan saya bergantian mendapatkan haid sementara saya belum tahu kapan haid saya akan muncul.

Sampai saya hamil ke 2 ini pun, saya tidak menganggap diri saya “gampang hamil” , saya merasa ini semata-mata rejeki dari ALLAH, walaupun saya bersikeras belum mau punya anak dan berusaha sehati-hati mungkin dalam berhubungan, kalau Allah sudah mentakdirkan jadi maka jadilah.

Rasanya saya ingin bilang langsung ke mereka, “nggak kok.. gw gak segampang itu, dan bercerita panjang lebar tentang kekhawatiran-kekhawatiran saya di atas” tapi alih-alih ngomong kayak gitu, saya Cuma bisa bilang “Alhamdulillah, dikasih rejeki hamil lagi sama Allah.. sabar ya, jangan pernah berhenti usaha, apalagi untuk sesuatu yang bener-bener layak untuk diperjuangkan, yaitu Anak”.

No comments:

Post a Comment