Belakangan ini saya sedang kebingungan mencari mainan untuk Omar sang toddler yang baru menginjak 13m, dia sekarang lagi random banget kegiatannya, bener-bener unpredictable. Setiap saya ngeliat mainan di ELC (Early Learning Center) saya pengen banget kasih semua yang ada disana untuk Omar, habis lucu-lucu sih, tapi membaca sejarah dan akhir dari mainan-mainan Omar yang sudah-sudah, kebanyakan malah rusak dipretelin, dan kadang Cuma dimainin sesaat habis itu dia bosan.
Dari beberapa bulan yang lalu, ketika Omar 11m kalau gak salah, dia mulai tertarik dengan hal-hal kecil macam tutup botol, tutup pulpen, tissue, kertas, kunci, dan terakhir sepeda roda tiganya. Benda-benda itu sukses ngebuat Omar anteng beberapa menit sampai dia merasa “Ok, saatnya kita nge-gerecok-in Ibu lagi…” saya sempet bingung, ini masa bayi mainannya gak penting gini sih? Sementara banyak artikel yang saya baca mainan untuk bayi dan toddler itu harus bisa memiliki kemampuan mengembangkan kreatifitasnya dan juga mengasah beberapa kemampuan utamanya, yaitu: melihat dan mendengar.
Seperti biasa, kalau sudah mentok tentang tumbuh kembang anak, saya langsung lari ke miss Vidya.. dan seperti biasa juga, dia langsung sigap membantu saya. *I love u, miss*
Menurut miss Vidya, justru ketika Omar mulai tertarik untuk kegiatan gak penting macam “buka-tutup botol” jangan di stop! Walaupun kebanyakan orangtua melarang anak melakukan ini itu Cuma karena takut berantakan. Ternyata kegiatan buka-tutup botol menjadi salah satu kegiatan di “Practical Life Area” pada kelas Montessori. Apa sih Montessori itu?
Metode Montessori didasarkan pada sebuah pendekatan yang ditemukan oleh Maria Montessori, dokter dan pendidik asal Italia. Menurut Maria, anak-anak akan mengalami suatu masa yang disebut masa peka, yaitu masa di mana anak mencapai kematangan tertentu. Hal ini sangat penting, sebab menjadi modal anak untuk belajar.
Kalau menurut Wikipedia sendiri, Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Baca lengkapnya di sini (ini saya penasaran deh dengan picture yang digunakan, sekolah Montessori di Malang tahun 1935, sekarang jadi bangunan apa ya? melenceng sekali saudara-saudara.)
Kembali ke Penjelasannya Miss Vidya, Practical Life Area itu adalah Area yang magical banget! Isinya kegiatan-kegiatan yang fungsinya untuk melatih menguatkan 3 jari untuk persiapan menulis, memperpanjang rentang konsentrasi, dan juga membantu anak membentuk citra positif dirinya. Practical Life untuk persiapan menulis? Kok bisa? Iyaa, kalau kita pingin anak lancar menulis nanti, mendingan banyakin kegiatan menyendok, menuang, mengayak,dll. Kegiatan-kegiatan ini akan menguatkan jemari dan pergelangan tangan yang nantinya membuat anak lebih siap menulis.
Terus kalau buka tutup botol apa hubungan dengan melatih konsentrasi?
Hehehhe.. iyaaa, kita kan suka gitu ya nyuruh anak duduk diem gak lari-larian, tapi kitanya gak kasih kegiatan apa-apa ke mereka, padahal kalau dikasih kegiatan macam buka tutup botol ini, anak bisa kok duduk tenang dan full konsentrasi mengerjakan kegiatan yang menurut kita orangtuanya gak penting, tapi sebenernya bisa melatih kemampuan anak.
Kenapa kegiatan-kegiatan sepele kayak gini juga bisa membentuk citra positif anak? hmp, jadi anak itu kan sangat mengagumi orang dewasa, mereka tuh takjub kalau lihat orang dewasa bisa melakukan banyak hal, jadi kalau kita membiarkan mereka melakukan hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan merasa kalau kita mempercayai mereka, dan mereka pun bangga karena bisa melakukan hal yang biasa dilakukan orang dewasa, dari sanalah citra diri positif muncul.
Dari penjelasan Miss Vidya diatas, ngebuat saya jadi ngereview kegiatan Omar yang selama ini unpredictable itu kenapa sih? Dan penjelasan diatas itu bener banget, setiap saya ngeliat Omar nyobek-nyobekin kertas tissue dia bisa diem dan serius banget, nyobek mulai dari ukuran besar sampai menjadi serpihan kecil, saya jadi gemes sendiri kalau ngeliat itu, bukan karena tissuenya yang berantakan, tapi ngeliat tangannya dia yang gendut-gendut dan berusaha menyapit helaian tissue-tissue itu yang ngebuat saya amaze juga, saya jadi tahu kalau anak saya sedang “berusaha” melakukan sesuatu.
Dan saya lebih amaze ketika tahu ternyata manfaat dari dia belajar menyapit sekarang adalah, dia mulai belajar memegang pulpen dengan tangannya, awalnya saya gak ngeh, setiap saya menulis atau mencatat sesuatu Omar selalu ada di sebelah saya, dan gak lama dia akan minta pulpen itu dari saya, dia jepit dengan tangan kanannya, dan berusaha “menulis” walaupun gak ada coretan, tapi habis itu dia nyengir. Dari sanalah saya sadar, “Dia bangga, karena bisa meniru saya ibunya” saya yang dodol kayak gini ternyata dijadikan role model oleh seorang anak.
Beranjak dari sana, sekarang Omar makin kami libatkan dengan kegiatan sehari-hari kami, mulai dari buka gordyn rumah, Omar sudah bisa loh, belajar menutup jendela, belajar memberikan makan ayam, oh iya Omar juga sudah bisa belajar buka kandang ayam sendiri dan ngebiarin ayam-ayam itu keluar,belajar menyiram badannya sendiri ketika mandi dengan gayung, “belajar” menyalakan motor Vespa dengan Ayah, sampai belajar menyiram tanaman, Omar pun paham bagaimana kran air seharusnya diputar. Gak ada yang ngajarin, dia mengamati semua itu dari kami, se simple itu.
I knew when i met you, an adventure was going to happen. -Winnie The Pooh- |
Ternyata apa yang selama ini kami lakuin ke Omar, memang menjadi salah satu dari ciri-ciri utama sekolah berbasis Montessori seperti penjelasan Miss Vidya diatas,
• Menekankan pada kemandirian, kebebasan dengan batasan tertentu, dan menghargai perkembangan anak sebagai individu yang unik.
• Mencampur anak usia 2 ½ tahun sampai 6 tahun dalam satu kelas, sebab anak-anak kecil akan belajar dari anak-anak yang lebih besar. (see, seperti yang Omar lakukan, dia belajar semuanya dari orang dewasa yaitu Orang tuanya)
• Murid boleh memilih kegiatannya sendiri, yang sudah dirancang untuk rentang usianya.
• Guru tidak memberi instruksi, melainkan akan menjelaskan sesuatu ketika ditanya anak.
• Menyediakan keteraturan, yaitu belajar dan istirahat pada waktu yang sudah tetap.
• Anak-anak diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan suasana kerja sama dengan teman-teman mereka.
• Menyediakan bahan atau materi belajar yang dibutuhkan anak pada setiap tahap perkembangannya.
• Lingkungan belajar yang memfasilitasi gerakan fisik yang dibutuhkan anak. Misalnya, bahan pelajaran diletakkan di rak, mulai dari yang paling bawah sampai atas. Jadi, anak akan berjongkok saat mengambil peralatan di rak paling bawah, dan berdiri ketika mengambil peralatan di rak bagian atas. Kegiatan fisik berdiri-jongkok ini penting untuk kelenturan dan koordinasi tubuh. Selain itu, disediakan peralatan bermain, seperti prosotan.
• Seluruh fasilitas, seperti kamar kecil, wastaffel, kitchen zinc, tombol lampu (saklar), dan rak untuk menyimpan bahan pelajaran, dibuat sesuai ukuran anak-anak untuk memudahkannya membangun kemandirian.
Kelebihan:
• Masa peka anak mendapat rangsangan yang maksimal.
• Metode mengajar yang non tutorial akan memudahkan anak untuk menyerap informasi.
Kekurangan:
Metode ini tidak digunakan di sekolah umum, sehingga anak-anak yang akan melanjutkan ke sekolah umum butuh usaha keras untuk beradaptasi.
Karakteristik anak yang pas:
Anak-anak dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik cocok dengan metode ini.
Kalau sudah mendapat penjelasan total dan lengkap seperti ini, dan melihat hasil nyatanya di perkembangan Omar, saya jadi lebih bingung dan sedih, bingung, ini kalau memang Omar cocok dengan metode Montessori saya harus cari sekolah seperti itu di Bekasi dimana? Kalau nanti gak dapet, saya nya sedih juga, kira-kira kalau nanti Omar masuk sekolah umum dia bisa beradaptasi gak ya? Padahal selama ini kami ya ngedidik dia seperti itu, yang kalau kata ibu-ibu tetangga “Omarrr, kamu tuh kayak bukan bayi deh.. cepet banget sih niruinnya”
*manggut2*
ReplyDeleteOalaaaaaah saya baru mudheng juga hahaha. Saya sudah mendengar istilah montessori sejak 2009 tapi ngga tau falsafahnya (*halah! falsafah!) sampai baca ini. Ternyata saya juga montessori-an nih di rumah. Ilan kalo di rumah bebas ngapain aja as long as not dangerous. Dan karena kegiatan yang diduga bernama montessori ituh, saya sudah merelakan rumah saya penuh coretan di tembok, benda-benda bertebaran dan rumah selalu berantakan hasil eksplorasinya Ilan (ini montessori apa emaknya emang males beberes sih?! hahaha). Btw, thanks for sharing! *kiss2 untuk Omar*
Hi, Mak.. thanks juga ya sudah mau mampir.. ini karena punya temen yang praktisi montessori aja makanya saya jadi "ngeh" dan mulai paham gimana "ngarahin" Omar, walaupun masih kadang blank juga.. *namanya jg emak baru* tapi awalnya sy ngelakuin ini karena emang saya juga pemalas, jadi kalau Omar main sendiri saya cuma awasin dari jauh, baru kasih dia penjelasan kalau dia udah nyamperin saya.. *a lil bit guilty, tp ternyata berfungsi ya* hehehehe.. yah, semoga kita bisa selalu menjadi orangtua yang selalu peduli dengan anak-anak kita ya mak.. peluk jg utk Mas Ilan.
DeleteTypes of Baccarat - Five ways to play, including how to play
ReplyDeleteIt's not the most popular game, but there's a different approach to it. 메리트 카지노 주소 Baccarat involves two people febcasino sitting on 제왕카지노 one, and one person on the